Pemerintah dalam hal ini Kementrian PUPR akan melakukan penataan dan pembangunan fasilitas pendukung kawasan Candi Borobudur dalam waktu dekat ini. Beberapa diantaranya adalah penataan Kampung Seni Kujon sebagai tempat relokasi pedagang pasar di kawasan Candi Borobudur, pembangunan jalur pejalan (boardwalk), jembatan dan museum. Selain itu, pemerintah juga berencana membangun tempat peribadatan umat Buddha di kawasan Candi Borobudur. Untuk melengkapi proyek tersebut, Pemerintah Kabupaten Magelang akan menyiapkan lahan 8 hektar untuk tempat pembuangan akhir (TPA) yang menampung sampah dari kawasan Candi Borobudur.
Untuk proyek jalur pejalan dan penataan Kampung Seni Kujon direncanakan selesai tahun ini. Sementara untuk museum akan mulai dikerjakan tahun ini dan diharapkan selesai tahun depan. Penataan dan pembangunan fasilitas pendukung ini dilakukan oleh pemerintah karena Candi Borobudur merupakan destinasi wisata super prioritas. Candi Borobudur sebagai salah satu dari lima destinasi super prioritas yang telah ditetapkan oleh Kemenparekraf diharapkan memberikan kontribusi devisa negara dan keberlanjutan ekonomi masyarakat.
Tidak hanya keberlanjutan ekonomi, pengelolaan Candi Borobudur juga diharapkan menjaga keberlanjutan sosial-budaya dan lingkungan. Tiga pilar pembangunan pariwisata berkelanjutan tersebut harus menjadi “nafas” bagi pengambil kebijakan dalam mengelola candi Buddha terbesar dunia tersebut. Tidak hanya aspek keberlanjutan, pemerintah juga harus menekankan pentingnya pelestarian Candi Borobudur. Pembangunan museum di kawasan Candi Borobudur diharapkan akan mengurangi jumlah wisatawan yang akan naik ke candi. Hal ini dimaksudkan agar tidak ada penumpukan jumlah wisatawan di bagian atas candi.
Cara Jaga Kelestarian Candi Borobudur
Sejumlah kerusakan candi baik batu candi yang mulai aus karena terinjak jutaan kaki wisatawan, perilaku membuang sampah sembarangan, duduk di atas stupa dan vandalism merupakan fenomena yang harus dicegah. Maka diperlukan strategi untuk merawat eksistensi Candi Borobudur sebagai warisan dunia yang tercatat di UNESCO pada tahun 1991 ini dijaga kelestariannya dengan cara-cara berikut.
Proyek Pembangunan Museum
Pertama, proyek pembangunan museum. Bangunan museum ini diharapkan menjadi daya pikat bagi wisatawan untuk tidak harus naik ke bagian atas candi. Wisatawan cukup dengan melihat segala aspek Candi Borobudur baik sejarah, miniatur dan makna filsosofis Candi Borobudur dapat dinikmati di museum. Maka desain museum harus dikemas secara artistik dan modern sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke museum. Jika museum dirancang secara konvensional seperti pada umumnya museum saat ini, maka tiadak akan banyak wisatawan yang akan berkunjung karena dalam mindset wisatawan museum dianggap kuno dan membosankan.
Pariwisata Berkualitas
Kedua, pariwisata berkualitas (quality tourism). Pariwisata jenis ini menekankan pada aspek jumlah wisatawan tidak terlalu banyak, tetapi tingkat belanja wisatawan tinggi. Model ini perlu diterapkan di Candi Borobudur agar kelestarian candi dapat terus terjaga. Candi Borobudur yang dibangun di abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra ini sudah berumur ratusan tahun yang lalu. Ini artinya candi rentan mengalami kerusakan jika model pendekatan pengelolaanya menggunakan quantity tourism yang menekanankan pada banyaknya kunjungan wisatawan. Maka diperukan carrying capacity (daya tampung) untuk candi bagian atas 123 wisatawan, 528 wisatawan untuk halaman dan 10.308 wisatawan untuk taman candi.
Balai Ekonomi Desa
Ketiga, balai ekonomi desa (balkondes). Balkondes yang dirintis oleh Kementerian BUMN pada tahun 2016 harus mampu memecah konsentrasi wisatawan naik ke atas Candi Borobudur. Maka balkondes harus gencar melakukan promosi dan penataan aksesbilitas, amenitas dan atraksi wisata di balkondes. Sehingga balkondes banyak dikunjungi wisatawan dan menumbuhkan ekonomi masyrakat.
Berpijak dari analisis di atas maka pelestarian Candi Borobudur tidak hanya melalui musem, tetapi juga pentingnya penekanan pariwisata berkualitas dan promosi balkondes. Sehingga tidak hanya pelestarian yang diperoleh, tetapi juga pertumbuhan ekonomi masyarakat dan kontribusi devisa negara juga dapat berjalan beriringan.
Editor: Addinda Zen