Teknik ini membantu mereka mengurangi kecemasan, meningkatkan fokus, dan memberikan kontrol atas emosi mereka.
Baca Juga: Dominasi Total! Manchester United Libas Wolves Tanpa Ampun di Kandang Sendiri
3. Mendorong aktivitas positif dan kreatif
Ketika trauma menumpuk, aktivitas kreatif seperti menggambar, menulis, atau membuat konten bisa menjadi sarana ekspresi.
Selain itu, kegiatan fisik ringan seperti berjalan atau olahraga sederhana dapat membantu merilekskan tubuh dan pikiran. Aktivitas positif membantu menghadirkan rasa normal di tengah kekacauan setelah bencana.
4. Menjaga rutinitas dan stabilitas harian
Gen Z membutuhkan struktur untuk merasa aman. Setelah bencana, membantu mereka kembali menjalani rutinitas sehari-hari dapat memberikan rasa stabilitas.
Rutinitas seperti sekolah, belajar, atau hobi yang sebelumnya dilakukan akan membantu mereka merasa bahwa kehidupan perlahan kembali berjalan normal.
5. Mengakses bantuan profesional bila diperlukan
Tidak semua trauma bisa sembuh dengan dukungan sederhana. Jika Gen Z menunjukkan gejala seperti ketakutan berlebihan, mimpi buruk berkepanjangan, atau menarik diri dari lingkungan sosial, bantuan profesional sangat dianjurkan.
Psikolog atau konselor dapat memberikan terapi khusus untuk membantu pemulihan lebih dalam.
Proses trauma healing membutuhkan waktu dan kesabaran. Dengan dukungan yang tepat, Gen Z dapat kembali bangkit dan meneruskan kehidupan dengan lebih kuat.
Penting untuk selalu hadir dan memberikan empati agar mereka tidak merasa sendirian dalam proses pemulihan.***