4. Kritik terhadap Konten Viral – Generasi ini semakin sadar bahwa konten viral tidak selalu benar, sehingga mereka mulai lebih skeptis terhadap judul sensasional dan meme informasi.
Peran Pendidikan dan Literasi Digital
Pendidikan digital menjadi kunci utama dalam menghadapi hoaks. Banyak sekolah dan universitas di Indonesia mulai memasukkan materi literasi digital ke kurikulum, termasuk cara mengevaluasi berita online, mengenali bias algoritma, dan mengidentifikasi informasi palsu.
Baca Juga: Sadis! Oknum Polisi di Bungo Diduga Habisi Nyawa Seorang Dosen , Motif Cinta Gelap Terungkap
Menurut Data Kominfo 2025, program literasi digital untuk Gen Z telah menjangkau lebih dari 3 juta pelajar dan mahasiswa, membantu mereka mengembangkan kemampuan kritis terhadap konten yang diterima sehari-hari.
Dampak Positif Menghadapi Hoaks
Kemampuan menghadapi hoaks tidak hanya melindungi Gen Z dari disinformasi, tetapi juga membentuk kebiasaan berpikir kritis dan tanggung jawab sosial.
Banyak Gen Z kini lebih selektif membagikan informasi, menyadari bahwa menyebarkan hoaks dapat berdampak negatif pada masyarakat.
Menghadapi hoaks di era digital bukanlah hal mudah, tetapi Gen Z menunjukkan kemampuan adaptasi yang cepat.
Baca Juga: Pantai Srau Pacitan, Surga Tersembunyi dengan Tiga Pesona Alam dalam Satu Destinasi
Dengan literasi digital, skeptisisme yang sehat, dan pemanfaatan sumber informasi terpercaya, mereka mampu menjadi generasi yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga melek informasi.
Era digital menuntut setiap individu untuk berpikir kritis. Bagi Gen Z, tantangan hoaks bukan hanya risiko, tetapi juga peluang untuk menjadi penyaring informasi yang cerdas dan bertanggung jawab.***(LL)