ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Di tengah gemuruh notifikasi media sosial, algoritma yang terus memantau perilaku, dan tekanan ekonomi global, Gen Z memiliki cara unik dalam mengejar kebahagiaan.
Tidak seperti generasi sebelumnya yang sering mengukur sukses dari gaji tinggi atau status sosial, Gen Z lebih menekankan keseimbangan hidup, pengalaman yang bermakna, dan kesehatan mental sebagai kunci kebahagiaan.
Mereka menolak hidup hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain, dan mulai meredefinisi standar hidup bahagia di era digital.
Baca Juga: Kemensos Salurkan Santunan dan Pendampingan bagi Korban Robohnya Atap Pesantren di Situbondo
Salah satu ciri khas Gen Z adalah menempatkan kesehatan mental sebagai prioritas utama.
Tidak jarang mereka lebih memilih cuti untuk self-care atau mengikuti terapi daring dibanding bekerja lembur demi promosi.
Tren ini menunjukkan perubahan paradigma bahwa bahagia bukan lagi sekadar pencapaian materi, tetapi kualitas hidup dan ketenangan batin.
Platform seperti Calm, Headspace, dan Talkspace pun semakin diminati generasi ini sebagai sarana menjaga keseimbangan emosional.
Baca Juga: Prabowo di APEC 2025, AI Jadi Senjata Indonesia Lawan Kemiskinan dan Wujudkan Swasembada Pangan
Selain itu, Gen Z juga memilih pengalaman dibanding kepemilikan. Mereka rela menghabiskan uang untuk traveling, workshop kreatif, atau konser musik, daripada membeli barang mewah yang jarang digunakan.
Filosofi ini dikenal dengan istilah experience over ownership, dan membentuk budaya konsumsi yang lebih sadar dan berfokus pada kebahagiaan jangka panjang.
Tak kalah penting, Gen Z memanfaatkan teknologi untuk menemukan komunitas dan dukungan sosial.
Forum online, grup hobi, dan platform sosial membantu mereka terhubung dengan orang-orang yang memiliki minat atau perjuangan serupa.
Dengan cara ini, Gen Z mampu membangun jaringan sosial yang memperkuat rasa diterima dan bahagia, meskipun sebagian interaksi dilakukan secara virtual.