3. Menggunakan Fitur “Close Friends” atau “Bestie List”
Instagram, TikTok, hingga Snapchat punya fitur khusus untuk membatasi audiens konten.
Gen Z sering memanfaatkannya untuk berbagi momen pribadi hanya dengan lingkaran terdekat, bukan untuk konsumsi publik.
4. Lebih Kritis terhadap Aplikasi dan Website
Gen Z cenderung membaca permission access sebelum mengunduh aplikasi. Mereka mulai berhati-hati pada aplikasi yang meminta akses berlebihan, seperti kontak atau kamera, yang tidak relevan dengan fungsi aplikasi.
5. Memanfaatkan Teknologi Keamanan Digital
Banyak anak muda kini sudah menggunakan autentikasi dua faktor (two-factor authentication), password manager, hingga VPN untuk melindungi akun mereka.
Meski terdengar teknis, langkah-langkah ini sudah dianggap lumrah oleh Gen Z yang terbiasa dengan teknologi.
Baca Juga: Liburan Gratis ke Taman Bunga Vimala Hills, Spot Viral Bernuansa Eropa di Tengah Bogor
6. Membedakan Persona Online dan Offline
Sebagian Gen Z mulai menciptakan “persona digital” berbeda dengan kehidupan aslinya.
Mereka tidak menampilkan semua sisi diri secara publik, melainkan hanya sebagian yang ingin ditunjukkan. Hal ini membantu menjaga identitas dan kehidupan pribadi tetap aman.
7. Edukasi Digital Literacy
Gen Z bukan hanya pengguna internet, tetapi juga agen perubahan. Banyak di antara mereka yang aktif menyuarakan literasi digital, mengingatkan teman sebaya soal bahaya oversharing dan pentingnya menjaga privasi sejak dini.
Privasi di era digital memang sulit dijaga, apalagi bagi Gen Z yang kesehariannya tak lepas dari internet.