Masuknya Rusia sebagai calon mitra nuklir juga membawa implikasi geopolitik yang tidak sederhana.
Kerja sama nuklir bukan hanya soal pasokan listrik, tetapi menyangkut ketergantungan teknologi jangka panjang, transfer pengetahuan, hingga posisi Indonesia dalam percaturan global. Tanpa kehati-hatian, proyek PLTN berisiko menjadi alat tarik-menarik kepentingan negara besar.
Baca Juga: Judistira Tegaskan Strategi Efektif Peremajaan Armada Sampah Jakarta
Di sisi lain, pemerintah belum membuka ruang diskusi publik yang memadai. Padahal, isu nuklir menyentuh kepentingan lintas generasi dan menyimpan risiko tinggi jika tata kelolanya lemah.
Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa PLTN menuntut regulasi ketat, kapasitas institusi yang kuat, dan budaya keselamatan yang belum tentu siap dibangun secara instan.
Tawaran Rusia seharusnya menjadi alarm, bukan euforia. Alih-alih tergesa menyambut proposal, pemerintah dituntut menjelaskan secara jujur: apakah Indonesia benar-benar siap secara teknis, regulatif, dan sosial untuk masuk ke era energi nuklir, atau justru sedang dipaksa memilih di tengah tekanan kepentingan global.*** (LL)