ESENSI.TV, SUDAN - Rentetan kekerasan yang menghantam sistem kesehatan di Sudan mencapai puncak baru ketika Rumah Sakit Saudi, fasilitas medis terakhir yang masih beroperasi di al Fashir, menjadi sasaran penyerangan mematikan.
Hampir lima ratus pasien, kerabat, serta warga sipil dilaporkan tewas ketika pasukan Rapid Support Forces atau RSF mengambil kendali kota tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia menegaskan bahwa serangan ini merupakan salah satu kekejaman paling parah terhadap fasilitas kesehatan selama konflik Sudan berlangsung.
Ketika pertempuran semakin intens pada Oktober lalu, sisa tenaga medis di Rumah Sakit Saudi bekerja dalam kondisi yang hampir tidak manusiawi.
Baca Juga: Pemerintah Kerahkan Empat Pesawat Bantuan, Respons Cepat Prabowo untuk Krisis Bencana di Sumatera
Artileri dan mortir mengguncang daerah sekitar rumah sakit. Pasien berdatangan dalam jumlah besar sementara persediaan alat medis menipis.
Para perawat terpaksa menggunakan jaring nyamuk untuk membalut luka karena perban dan alat medis lain sudah habis.
Seorang perawat menggambarkan situasinya seperti hari kiamat. Ia berkata bahwa setiap langkah yang diambil harus melompati tubuh korban meninggal yang tidak bisa mereka kuburkan karena drone terus melayang di atas bangunan.
Kesaksian lain menyebut RSF memasuki rumah sakit pada hari berikutnya, membawa pergi orang-orang yang masih hidup untuk ditebus atau langsung dieksekusi di jalan.
Baca Juga: Rekomendasi Tumbler untuk Gen Z yang Praktis dan Ramah Lingkungan
Citra satelit yang dianalisis oleh Yale Humanitarian Research Lab memperlihatkan pola mengerikan berupa objek berukuran manusia yang kemudian terlihat terbakar pada citra satelit berikutnya.
Para peneliti menyebut temuan ini konsisten dengan aktivitas pembunuhan massal serta pembakaran jenazah yang melanggar aturan agama dan hukum internasional.
Sistem Kesehatan al Fashir Runtuh Bertahap
Tenaga medis dan lembaga kemanusiaan mengatakan bahwa serangan terhadap Rumah Sakit Saudi bukanlah peristiwa tunggal.