Sebagai tanggapan, Trump mengancam akan memberlakukan tarif tambahan terhadap produk asal Tiongkok.
Baca Juga: Debut Sempurna Sean Dyche, Forest Akhiri Puasa Kemenangan Lawan Porto
Namun, dalam beberapa hari terakhir, ia menunjukkan nada lebih optimistis mengenai kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang dengan Beijing.
“Saya yakin hasilnya akan sangat baik, dan semua pihak akan merasa puas,” ujar Trump kepada wartawan, Kamis (23/10) malam.
Meski begitu, optimismenya tidak sepenuhnya sejalan dengan sikap keras sejumlah pejabat senior pemerintahannya, termasuk negosiator perdagangan utama dan menteri keuangan, yang sudah lebih dulu berangkat ke Asia untuk memastikan pertemuan antara Trump dan Xi tetap berlangsung sesuai rencana.
Pertemuan ini akan menjadi pertemuan bilateral pertama antara keduanya sejak Trump memulai masa jabatan keduanya sebagai Presiden Amerika Serikat.
Baca Juga: Kementerian ESDM Gandeng Empat Kampus untuk Lakukan Riset Eksplorasi Mineral Kritis
Trump juga menegaskan bahwa salah satu isu utama yang akan ia bahas dengan Xi adalah peredaran fentanyl, zat opioid sintetis yang menjadi penyebab utama kematian akibat overdosis di Amerika Serikat.
Washington menuduh Beijing gagal membendung aliran bahan kimia prekursor fentanyl yang digunakan untuk memproduksi narkotika tersebut.
“Tanyakan saja pada Xi, hal pertama yang akan saya bahas dengannya adalah fentanyl. Itu prioritas utama saya,” kata Trump.
Pemerintah Tiongkok telah membantah tuduhan tersebut dan menilai Amerika Serikat menggunakan isu fentanyl untuk menekan Beijing secara politik.
Baca Juga: Gen Z Wajib Tahu! Ini Tanda Lowongan Kerja Bodong yang Harus Segera Dihindari
Namun, Gedung Putih menegaskan bahwa masalah ini menjadi salah satu alasan utama diberlakukannya kenaikan tarif baru terhadap produk-produk asal Tiongkok.***(LL)