ESENSI.TV, AMERIKA - Hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok yang sesnag panas kembali menjadi sorotan dunia.
Presiden AS Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pekan depan di Korea Selatan, sebagai bagian dari rangkaian kunjungan kenegaraan ke Asia.
Pertemuan ini menjadi penting di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara kedua negara, sekaligus membuka peluang bagi upaya meredakan konflik ekonomi yang telah mengguncang pasar global dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut keterangan resmi dari Gedung Putih pada Kamis (23/10) waktu setempat, Trump akan memulai lawatannya ke Asia dengan berangkat ke Malaysia pada Jumat (24/10) malam.
Baca Juga: Mengenal Fungsi dan Cara Kerja Airbag Mobil, Fitur Canggih Penyelamat Nyawa Saat Kecelakaan
Dalam agenda tersebut, ia juga akan mengunjungi Jepang dan Korea Selatan. Pertemuan dengan Presiden Xi dijadwalkan berlangsung pada Kamis (30/10) pagi waktu setempat, setelah Trump memberikan sambutan pada forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) CEO Summit.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menjelaskan bahwa Trump akan menghadiri sejumlah agenda penting selama perjalanan ini.
Pada Minggu, Trump dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan mengikuti jamuan makan malam bersama para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Keesokan harinya, ia akan terbang ke Tokyo untuk melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang yang baru, Sanae Takaichi, pada Selasa.
Baca Juga: KPP Pratama Cileungsi Buka Lowongan PPNPN Posisi Pengarah Layanan, Cek Syarat dan Cara Daftarnya
Setelah itu, Trump akan melanjutkan perjalanan ke Korea Selatan pada Rabu.
Di sana, ia akan bertemu dengan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung, menyampaikan pidato utama dalam jamuan makan siang bersama para CEO di sela-sela Forum APEC, serta menghadiri makan malam kerja para pemimpin APEC-AS.
Lawatan ini berlangsung di tengah memanasnya perang dagang AS–Tiongkok.
Ketegangan memuncak sejak awal Oktober, ketika Beijing memperluas pembatasan ekspor mineral tanah jarang (rare-earth minerals), yang sangat penting bagi industri teknologi global.
Artikel Terkait
Dari Jalanan ke Istana, Protes Gen Z Antar Kolonel Randrianirina ke Kursi Presiden Madagaskar
Gencatan Senjata Hanya Di Atas Kertas, Gaza Bergejolak Usai Serangan Udara Israel Tewaskan 26 Orang
Akhiri Dua Dekade Dominasi Kiri, Rodrigo Paz Menang Pemilu Bolivia di Tengah Krisis Ekonomi
Sanae Takaichi, Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang yang Terinspirasi Margaret Thatcher
Picu Gelombang Kecaman, Trump Robohkan Sayap Timur Gedung Putih untuk Ballroom BaruSenilai 300 Juta Dolar