Kedua negara saling menuduh melakukan serangan darat. Pemerintah Taliban menyatakan lebih dari selusin warga sipil mereka tewas dan seratus lainnya luka-luka akibat serangan Pakistan di Spin Boldak.
Namun, Pakistan membantah tudingan itu dan menegaskan bahwa justru pasukannya yang diserang oleh pasukan Taliban di distrik Chaman, dengan empat warga sipil Pakistan dilaporkan luka-luka.
Selain itu, bentrokan juga terjadi di wilayah perbatasan Orakzai, Pakistan, antara pasukan pemerintah dan kelompok militan. Enam tentara paramiliter dan sembilan militan tewas dalam insiden tersebut.
Akibat ketegangan ini, beberapa pos perbatasan antara kedua negara ditutup, menghentikan perdagangan dan membuat puluhan kendaraan pengangkut barang terjebak.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Luncurkan 'Lapor Pak Purbaya', Janji Sikat Petugas Pajak dan Cukai Nakal
Padahal, Pakistan merupakan salah satu sumber utama pasokan makanan dan kebutuhan pokok bagi Afghanistan yang tidak memiliki akses laut.
Krisis ini turut menarik perhatian dunia internasional. China menyerukan perlindungan bagi warga dan investasinya di wilayah konflik, sementara Rusia meminta kedua negara menahan diri.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan kesiapannya untuk membantu menghentikan konflik tersebut.
Menariknya, bentrokan ini terjadi bersamaan dengan kunjungan pertama Menteri Luar Negeri Taliban, Amir Khan Muttaqi, ke India yang merupakan rival utama Pakistan.
Dalam pertemuan tersebut, India menyatakan akan kembali membuka kedutaannya di Kabul, sementara Taliban berencana mengirim diplomatnya ke New Delhi.
Situasi ini memperlihatkan betapa rumitnya hubungan politik dan keamanan di Asia Selatan, di mana dinamika perbatasan dan kepentingan regional saling bertautan.***(LL)