Selain itu, Trump juga menyinggung kemungkinan sanksi terhadap negara-negara lain yang masih menjalin hubungan dagang dengan Rusia, termasuk India dan China.
Hal ini menandakan potensi ketegangan baru dalam perdagangan global.
Baca Juga: Goa Batu Cermin Flores, Perpaduan Sejarah Laut Purba dan Keindahan Alam Eksotis
Sikap terhadap Konflik Gaza
Dalam isu Timur Tengah, Trump menolak usulan pengakuan negara Palestina yang belakangan didukung sejumlah pemimpin dunia.
Ia menyebut langkah itu hanya akan menguntungkan Hamas yang ditudingnya melakukan kekejaman di Gaza.
Trump lebih menekankan pada perlunya kesepakatan pertukaran sandera, termasuk pemulangan para sandera yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
“Kita harus menghentikan perang di Gaza segera. Kita harus segera menegosiasikan perdamaian,” ujarnya.
Setelah pidatonya, Trump dijadwalkan melakukan pertemuan dengan sejumlah pemimpin Teluk untuk membahas masa depan Gaza.
Ia mencoba memposisikan diri sebagai mediator perdamaian, bahkan tak segan menyebut dirinya layak mendapat Nobel Perdamaian.
Baca Juga: Kenali Penyebab dan Cara Efektif Mencegah Korosi pada Mobil Anda
Penuh Kontroversi dan Pernyataan Keliru
Pidato Trump tidak lepas dari sederet klaim yang dinilai keliru. Ia menuding Wali Kota London, Sadiq Khan, ingin memberlakukan hukum syariah di Inggris, sebuah tuduhan yang sudah berkali-kali dibantah.
Selain itu, ia mengklaim inflasi di Amerika Serikat telah tuntas, padahal Federal Reserve baru saja melaporkan kenaikan inflasi beberapa hari sebelumnya.
Trump juga menyelipkan keluhan pribadi, mulai dari eskalator rusak di markas PBB yang sempat membuat Melania Trump hampir terjatuh, hingga teleprompter yang macet saat ia berpidato.