ESENSI.TV, INTERNASIONAL - Dinamika politik internasional kembali memanas setelah empat negara Barat, yakni Britania Raya, Kanada, Australia, dan Portugal, secara resmi mengakui negara Palestina pada Minggu, 21 September 2025.
Langkah bersejarah ini lahir dari rasa frustrasi atas perang Gaza yang berkepanjangan dan sebagai upaya mendorong solusi dua negara, meskipun mendapat reaksi keras dari Israel.
Dengan keputusan ini, keempat negara tersebut bergabung dengan lebih dari 140 negara lain yang sebelumnya telah mengakui aspirasi Palestina untuk memiliki tanah air merdeka di wilayah yang masih diduduki Israel.
Bagi Britania Raya, keputusan ini memiliki simbolisme khusus mengingat perannya dalam pembentukan Israel modern setelah Perang Dunia II.
Baca Juga: Tren Dekorasi Kamar Ala Gen Z yang Kreatif, Estetik, dan Penuh Karakter
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menegaskan bahwa pengakuan tersebut merupakan bagian dari ikhtiar membangkitkan kembali harapan perdamaian di kawasan.
“Hari ini, untuk menghidupkan harapan perdamaian bagi Palestina dan Israel, Inggris secara resmi mengakui Negara Palestina,” ujarnya.
Ia juga mengkritik keras situasi kemanusiaan di Gaza, menyebut pengeboman tanpa henti, kelaparan, dan kehancuran yang terjadi sebagai hal yang tak dapat ditoleransi.
Tidak hanya Inggris, pemimpin Kanada Mark Carney juga menekankan bahwa langkah ini bertujuan memperkuat upaya perdamaian dan sama sekali bukan bentuk legitimasi bagi aksi teror.
Baca Juga: 10 Makanan Anti Inflamasi yang Mudah Didapat di Indonesia untuk Hidup Lebih Sehat
Menteri Luar Negeri Portugal, Paulo Rangel, menambahkan bahwa pengakuan Palestina adalah garis penting dalam kebijakan luar negeri negaranya, serta menegaskan bahwa gencatan senjata segera sangat mendesak.
Reaksi berbeda datang dari Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut keputusan itu sebagai hadiah besar bagi terorisme.
Ia menegaskan kembali penolakannya terhadap pendirian negara Palestina di sebelah barat Sungai Yordan.
Menurut otoritas kesehatan setempat, lebih dari 65.000 warga Palestina tewas, sebagian besar warga sipil, sementara jutaan lainnya terusir berulang kali dari rumah mereka.