ESENSI.TV, UKRAINA - Ketegangan di Ukraina semakin meningkat setelah serangan besar Rusia yang menargetkan infrastruktur energi dan gas negara itu pada Jumat malam.
Serangan ini terjadi di tengah perubahan kebijakan Amerika Serikat yang menghentikan pembagian intelijen dengan Ukraina.
Situasi ini semakin menekan Kyiv, terutama ketika Presiden AS Donald Trump berupaya mengakhiri perang dengan cara yang belum sepenuhnya sejalan dengan kepentingan Ukraina.
Dalam serangan besar pertama sejak perubahan kebijakan AS, Rusia meluncurkan 67 rudal dan 194 pesawat tak berawak ke berbagai wilayah Ukraina.
Baca Juga: 10 Cara Branding Bisnis Online yang Kuat dan Relevan untuk Gen Z
Militer Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh 34 rudal dan 100 drone, tetapi kerusakan besar tetap terjadi.
Infrastruktur energi di berbagai kota, termasuk Kharkiv dan Ternopil, mengalami kehancuran, sementara beberapa warga sipil dilaporkan terluka, termasuk seorang anak di Poltava.
Menteri Energi Ukraina, German Galuschenko, mengecam serangan ini sebagai upaya sistematis Rusia untuk menghancurkan sektor energi Ukraina.
Ia menegaskan bahwa serangan tersebut kembali menargetkan fasilitas pembangkit listrik dan jaringan distribusi gas di berbagai wilayah.
Baca Juga: Menginap di King Garden Syariah Hotel, Rasakan Keindahan Alam dan Budaya Jawa yang Autentik
Upaya Diplomasi di Tengah Tekanan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy kembali menyerukan penghentian serangan udara dan laut Rusia sebagai langkah awal menuju perdamaian.
Ia menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri perang adalah dengan memaksa Rusia menghentikan agresinya.
Hubungan antara Kyiv dan Washington semakin tegang setelah pertemuan kontroversial antara Trump dan Zelenskiy di Gedung Putih.