Zelenskiy membenarkan bahwa tim negosiasi dari Ukraina dan AS sedang menyusun rancangan kesepakatan.
“Kami berharap dapat mencapai hasil yang adil bagi kedua belah pihak,” ujarnya dalam pidato video.
Namun, Zelenskiy sebelumnya sempat menolak permintaan AS terkait pembayaran kembali bantuan perang senilai $500 miliar dengan sumber daya mineral Ukraina, karena Washington belum memberikan dana sebesar itu dan tidak menawarkan jaminan keamanan khusus dalam perjanjian tersebut.
Perubahan sikap AS terhadap Ukraina menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Eropa.
Mereka takut bahwa Kyiv akan dipaksa menerima kesepakatan damai yang menguntungkan Rusia.
Trump sendiri sempat menyebut Zelenskiy sebagai “penguasa otoriter” dan mendesaknya untuk segera merundingkan perdamaian dengan Rusia agar Ukraina tidak kehilangan kendali atas wilayahnya.
Zelenskiy awalnya menuding Trump termakan oleh propaganda yang menyesatkan, tetapi kemudian melunakkan pernyataannya dan berharap AS tetap bersikap pragmatis dalam menangani konflik ini.
Ukraina sendiri memiliki cadangan mineral strategis yang sangat berharga, termasuk uranium, litium, kobalt, serta tanah jarang yang menjadi bahan utama dalam industri teknologi, baterai, dan kedirgantaraan.
Tidak mengherankan jika sumber daya alam ini menjadi salah satu faktor utama dalam perundingan dengan AS.
Dengan perundingan yang masih berlangsung, banyak pihak menunggu bagaimana hasil kesepakatan ini akan memengaruhi masa depan Ukraina, hubungan geopolitik global, serta keseimbangan kekuatan antara Rusia dan Barat.***(LL)