Senin, 22 Desember 2025

Kunjungan Bersejarah MBS, Saudi Kejar Pakta Pertahanan dan Terobosan AI di AS

Photo Author
- Senin, 17 November 2025 | 16:32 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) bertemu Presiden Donald Trump. (Foto: Instagram @Mohammed_bin_salman_ksa)
Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS) bertemu Presiden Donald Trump. (Foto: Instagram @Mohammed_bin_salman_ksa)

Kekhawatiran Saudi kembali muncul ketika Israel melancarkan serangan ke Doha pada September lalu, yang diklaim menyasar anggota Hamas. 

Menanggapi ketegangan itu, Trump menandatangani pakta pertahanan dengan Qatar melalui perintah eksekutif. 

Banyak analis memperkirakan Riyadh dapat memperoleh kesepakatan serupa.

Baca Juga: Judistira Tegaskan Perpanjangan Rekayasa Lalu Lintas TB Simatupang Beri Dampak Positif

Meski Saudi menginginkan pakta pertahanan yang disahkan Kongres, AS mensyaratkan adanya normalisasi hubungan Saudi–Israel. 

Namun Riyadh mengaitkan hal tersebut dengan komitmen Israel terhadap pembentukan negara Palestina, sesuatu yang kembali ditolak oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Karena kondisi politik yang belum memungkinkan, para pengamat memprediksi Saudi dan AS akan mencapai kesepakatan yang sifatnya masih terbatas. 

Seorang diplomat Barat di kawasan Teluk menyimpulkannya bahwa kedua belah pihak ingin lebih, namun mungkin hanya akan mendapatkan sebagian dari yang diharapkan.

Mantan negosiator Timur Tengah, Dennis Ross, juga memperkirakan Trump akan mengeluarkan perintah eksekutif yang mewajibkan AS dan Saudi berkonsultasi cepat bila terjadi ancaman, tanpa janji eksplisit bahwa Washington akan terlibat langsung dalam pertempuran. 

Baca Juga: Bolehkah Mandi Setelah Begadang? Ini Fakta Medis yang Sering Disalahpahami

Bentuk responsnya bisa beragam: mulai dari penggantian persenjataan, pengiriman sistem pertahanan seperti THAAD atau Patriot, hingga pengerahan kapal dan unit Marinir.

Ambisi Besar Riyadh: AI dan Nuklir 

Selain isu keamanan, Arab Saudi juga menargetkan terobosan dalam kecerdasan buatan dan energi nuklir sebagai bagian dari visi besar Vision 2030 untuk mendiversifikasi ekonomi. 

Akses terhadap chip komputer berteknologi tinggi menjadi kebutuhan mendesak agar Saudi bisa bersaing dengan Uni Emirat Arab, yang telah menandatangani kesepakatan pusat data bernilai miliaran dolar dengan AS.

Saudi juga berupaya melangkah maju dalam program nuklir sipil. Kesepakatan dengan Washington akan membuka akses ke teknologi nuklir Amerika sekaligus memperkuat posisi Saudi dibandingkan UEA, yang sudah mengoperasikan program nuklir, dan Iran, rival regional yang terus dipantau.

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Sumber: reuters.com

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X