ESENSI.TV, JAKARTA - Anggota DPR RI Endipat Wijaya, politikus dari Fraksi Gerindra, tengah menjadi sorotan nasional setelah pernyataannya mengenai donasi bantuan bencana di Sumatera viral di media sosial.
Pernyataan itu menuai kritik karena dianggap meremehkan kontribusi warga dan relawan yang secara nyata membantu korban bencana alam.
Kontroversi ini menimbulkan diskusi hangat mengenai komunikasi politik dan cara wakil rakyat menyampaikan pandangan di hadapan publik.
Baca Juga: Pengamat Politik Lucius Karus Kritik Etika Misbakhun Saat Menyela Menkeu Purbaya
Kejadian bermula saat Endipat berbicara dalam Rapat Kerja Komisi I DPR bersama Menteri Komunikasi dan DigPurbay
Ia menyebut donasi Rp10 miliar yang digalang oleh seorang influencer untuk korban bencana masih “kecil” jika dibandingkan dengan anggaran pemerintah yang mencapai triliunan rupiah.
Menurut Endipat, publik sering kali lebih menyoroti aksi relawan ketimbang kerja pemerintah, sehingga penting bagi pemerintah untuk memanfaatkan media agar kinerjanya terlihat oleh masyarakat.
Pernyataan ini langsung memicu respons luas dari warganet. Banyak pengguna media sosial menilai Endipat seharusnya menghargai kontribusi sukarelawan, karena donasi dan aksi mereka menunjukkan empati dan kepedulian nyata terhadap sesama.
Baca Juga: Keindahan Gunung Luhur Banten, Tempat Terbaik Menikmati Sunrise dan Kabut Pagi yang bikin Hati Adem
Beberapa komentar bahkan menyoroti bahwa membandingkan bantuan warga dengan anggaran negara adalah hal yang kurang tepat, karena konteks dan fungsi keduanya berbeda dalam penanganan bencana.
Tidak hanya warga biasa, organisasi Aliansi Mahasiswa Kepulauan Riau juga turun tangan.
Mereka menggelar aksi protes menuntut Endipat meminta permintaan maaf terbuka, menyebut pernyataannya telah menyinggung semangat solidaritas sosial.
Koordinator aksi menekankan bahwa setiap upaya kemanusiaan, sekecil apapun, layak dihargai dan menjadi contoh positif bagi masyarakat.
Menanggapi kritik yang berkembang, Endipat kemudian memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa maksud ucapannya bukan meremehkan relawan atau donatur, melainkan menyoroti perlunya pemerintah memperkuat komunikasi dan publikasi kinerja penanganan bencana.