Senin, 22 Desember 2025

Waww... Warga Indonesia Nonton Film Korea 1,5 – 3 Jam per Hari

Photo Author
- Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:04 WIB
Ilustrasi poster Film dan Drama Korea yang diminati masyarakat Indonesia/IST
Ilustrasi poster Film dan Drama Korea yang diminati masyarakat Indonesia/IST

Budaya Korea yang semakin mendunia, mendorong warga Indonesia untuk menonton film dan drama Korea selama 1,5 – 3 jam per hari. Popularitas drama Korea (drakor) terus meningkat bahkan melampaui film dan drama Indonesia.

“Di Indonesia, drakor bisa dikatakan sangat popular. Bahkan lebih populer dibanding film dan drama TV Indonesia sendiri,” ujar Dosen Universitas Paramadina Dr. Phil. Suratno Muchoeri dalam siaran pers, di Jakarta, Jumat (17/05/2024).

Ia menjelaskan, pada triwulan I-2020, dilakukan survei kepada sekitar 2000 responden di beberapa negara dunia.

Masyarakat Indonesia ada dalam urutan pertama (31%) yang paling sering nonton film dan drama TV Korea. Rata-rata durasi menontonnya 1,5 hingga 3 jam per hari melalui berbagai platform, baik berbayar maupun tidak.

Ia memaparkan, bahwa Hallyu atau Korean Wave merupakan salah satu budaya populer yang dikembangkan melalui industri seni budaya. Sebagai salah satu penopang perekonomian masyarakat Korsel.

Korean Drama: Why Is It Inspiring?"


Rektor Universitas Paramadina Prof. Didik J. Rachbini menilai, seni budaya Korea yang kini populer di seluruh dunia berdampak positif langsung.

Utamanya bagi industri pariwisata Korea Selatan (Korsel) yang menyumbangkan devisa besar bagi negaranya.

“Hal ini yang patut menjadi contoh dan semestinya dipelajari oleh pemerintah, pemangku kepentingan, para pelaku industri kreatif. Dan pekerja seni Indonesia dalam upayanya mengembangkan industri kreatif di bidang seni budaya dan pariwisata,” kata Prof Didik.

Seorang peminat drakor berkebangsaan Malaysia dan tinggal di Korea, Naziatul Azwa menyatakan, yang ditampilkan di drakor hanya sebagian wajah masyarakat.

Karena pada dasarnya realitas hidup di Korea Selatan yang sekuler itu bisa dibilang sangat kompetitif.

“Hampir rata-rata orang Korsel berpandangan materialistis dan kerap menilai apapun dari perspektif materi dan tampilan luar. Angka bunuh diri dalam masyarakat Korea terbilang cukup tinggi. Bisa jadi disebabkan oleh faktor ini. Ditambah lagi pandangan hidup mereka yang sekuler, berbeda dari Indonesia dan Malaysia yang merupakan masyarakat agama/spiritual,” terang Azqa.

Sarana Hiburan


Pengajar Paramadina lainnya, Ria Oktorina mengatakan, drama merupakan salah satu sarana hiburan yang terjangkau oleh berbagai kalangan. Khususnya bagi perempuan dewasa dan kaum ibu.

“Kehadiran drama ini merupakan salah satu wadah ‘healing’ efektif. Hal ini karena banyak drama Korea yang menampilkan kisah-kisah yang dekat dengan realita kehidupan sehari-hari. Ataupun kisah-kisah fantasi yang ringan dan menghibur,” ucapnya.

Dari perspektif proses produksinya, selain menampilkan aktor dan aktris yang menarik (good looking), film-film dan drakor seri Korsel dibuat melalui riset dan persiapan yang matang. Dan didukung oleh kolaborasi proses produksi yang profesional.

“Hallyu atau Korean Wave ini pada kenyataannya memang sangat mempengaruhi gaya hidup orang Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan menjamurnya produk kuliner, fashion, skincare Korea di Indonesia. Bahkan banyak pula produk-produk lokal Indonesia yang membuat varian khusus Korea pada produk-produknya guna meningkatkan omset penjualannya,” tambah Ria.

Kamu setuju dengan pendapat ini? Ditunggu komentarmu Sobat Esensi.

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X