ESENSI.TV, LEBANON - Ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel kembali meningkat setelah militer Israel mengintensifkan serangan udara di wilayah selatan Lebanon pada Rabu, 19 November 2025.
Serangan terbaru ini menewaskan sedikitnya satu orang dan memaksa warga di sejumlah desa mengungsi demi keselamatan.
Israel menyatakan bahwa operasi ini ditujukan untuk mencegah kebangkitan kekuatan militer Hezbollah, kelompok yang didukung Iran, yang menurut Israel terus berupaya memperkuat kembali persenjataannya sejak gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat tahun lalu.
Baca Juga: Achraf Hakimi Cetak Sejarah sebagai Pemain Terbaik Afrika 2025
Sebelum melancarkan serangan, Israel mengeluarkan peringatan melalui media sosial yang menandai bangunan-bangunan yang akan diserang di empat desa selatan, yaitu Deir Kifa, Chehour, Aainata, dan Tayr Filsay.
Asap pekat membubung dari wilayah tersebut setelah rentetan serangan udara menghantam lokasi yang diklaim sebagai fasilitas militer Hezbollah.
Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan gudang senjata milik unit roket Hezbollah, dan menuduh kelompok itu menyimpan persenjataan di area yang dekat dengan pemukiman penduduk.
Israel menegaskan telah mengambil langkah untuk meminimalkan korban sipil.
Baca Juga: Scroll Tanpa Henti, Begini Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental Gen Z
Dugaan Pembangunan Kekuatan Baru di Beit Lif
Israel juga menuduh Hezbollah mencoba membangun kembali kemampuan militernya di desa Beit Lif, termasuk markas dan lokasi penyimpanan senjata.
Namun seorang pejabat Hezbollah membantah keras tuduhan itu, menyebutnya sebagai alasan palsu untuk membenarkan serangan yang terus berlangsung.
Pada hari yang sama, satu orang dilaporkan tewas dalam serangan Israel di desa Al-Tiri.
Israel mengklaim korban tersebut adalah anggota Hezbollah yang sedang berupaya memulihkan kesiapan pasukan di daerah itu.