Namun, pemerintah Rwanda menyatakan pihaknya hanya bertindak untuk mempertahankan diri dari ancaman milisi Kongo.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menghubungi presiden Kongo dan Rwanda, mendesak perlindungan bagi warga sipil di tengah konflik yang terus memburuk.
Goma, yang menjadi pusat bagi para pengungsi dan organisasi bantuan kemanusiaan, kini kehilangan akses vitalnya setelah bandara dikuasai pemberontak.
Baca Juga: PT PELNI Buka Lowongan Pegawai Laut 2025, Ini Detailnya
Sementara itu, ribuan orang melarikan diri ke Rwanda membawa anak-anak dan barang-barang seadanya.
Di dalam kota, sejumlah tentara Kongo dilaporkan menyerah, namun beberapa pasukan pemerintah dan milisi pro-pemerintah masih bertahan.
Tembakan senjata ringan dan ledakan keras terdengar hingga Selasa pagi.
Christoph Vogel, peneliti isu Kongo, menekankan pentingnya bandara Goma sebagai jalur utama distribusi logistik.
"Bandara ini menjadi pusat pengiriman bantuan, logistik PBB, dan pasokan untuk tentara Kongo," katanya.
Baca Juga: Mengenal AVOmeter, Alat Diagnostik Penting untuk Perawatan Kendaraan dan Elektronik
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Menurut laporan kantor kemanusiaan PBB, banyak korban jiwa ditemukan di jalan-jalan.
Fasilitas kesehatan kewalahan menangani ratusan korban yang terluka akibat pertempuran sejak Minggu.
Rumah sakit utama di Goma melaporkan telah merawat lebih dari 760 pasien, sementara korban jiwa sulit dihitung karena banyak yang meninggal di luar fasilitas kesehatan.
Kepala Palang Merah Internasional di Kongo, Francois Moreillon, menyatakan kekhawatirannya atas laboratorium yang menyimpan kuman berbahaya, termasuk Ebola, yang terancam akibat konflik ini.
Artikel Terkait
Kerja Paksa Tambang Kobalt di Kongo Libatkan Pekerja Anak
Indonesia dan Kongo Pemilik Hutan Tropis Terbesar di Dunia, Jokowi: Siap Berbagi Pengalaman
Sungai Ruki di Kongo, Sungai Paling Gelap dan Hitam di Dunia
Hadapi Perubahan Iklim, Indonesia Tingkatkan Kerja Sama dengan Kepulauan Solomon dan Kongo
Optimis, Presiden Prabowo Yakin Indonesia Akan Capai Swasembada Pangan Bersama Brasil dan Kongo