Menurut keterangan dari Istana Élysée, dokumen yang ditandatangani masih berupa letter of intent, semacam komitmen politik, dan belum menjadi kontrak pembelian final. Pembiayaan diperkirakan akan memanfaatkan:
Dana khusus Uni Eropa, dan
Rencana penggunaan aset Rusia yang dibekukan di Eropa (masih perlu persetujuan resmi UE).
Prancis juga menegaskan bahwa seluruh perlengkapan yang disepakati adalah produksi baru, bukan pengalihan dari stok militer Prancis.
“Kami merencanakan pengiriman 100 Rafale, jumlah yang sangat besar, namun diperlukan untuk membangun kembali kekuatan udara Ukraina," ungkap Macron.
Baca Juga: Jerman Lolos ke Piala Dunia 2026 Usai Hajar Slovakia 6 Gol Tanpa Balas
Prancis menyebut bahwa dukungan ini memiliki dua tujuan:
- Membantu Ukraina secara langsung menghadapi gelombang serangan drone dan rudal Rusia yang meningkat dalam beberapa pekan terakhir, termasuk serangan di wilayah Zaporizhzhia.
- Mempersiapkan Ukraina untuk jangka panjang, termasuk kemungkinan ancaman baru setelah tercapainya kesepakatan damai di masa depan.
Selain itu, Prancis dan Inggris juga sedang mendorong pembentukan koalisi beranggotakan sekitar 30 negara yang bersedia menempatkan pasukan atau aset militer di Ukraina, atau di sepanjang perbatasan baratnya, setelah perang mereda.
Meski kesepakatan ini ambisius, ada tantangan nyata yang harus dilalui. Salah satunya adalah proses pelatihan pilot yang sangat ketat untuk bisa mengoperasikan Rafale, pesawat tempur canggih yang digunakan oleh Angkatan Udara Prancis.
Di sisi lain, pemerintah Macron tengah menghadapi tekanan politik dan anggaran di dalam negeri, yang membuat sebagian pihak mempertanyakan seberapa cepat komitmen tersebut dapat diwujudkan.
Jika rencana ini berjalan sesuai harapan, Ukraina akan memiliki salah satu armada jet tempur paling modern di Eropa.
Bagi Kyiv, kontrak Rafale ini bukan sekadar pembelian senjata, tetapi simbol dukungan jangka panjang dari Prancis dan Eropa Barat terhadap kedaulatan mereka.***(LL)
Artikel Terkait
Ledakan Bom Bunuh Diri di Islamabad Renggut 12 Korban Jiwa, Pakistan Ancam Balasan ke Afghanistan
Teheran di Ambang Kehabisan Air, Krisis Terburuk Iran dalam Beberapa Dekade
Pernyataan Takaichi Picu Ketegangan, China Sebut Jepang Ingin Bangkitkan Kembali Militerisme Perang Dunia II
Ledakan Hebat di Kantor Polisi Kashmir India Tewaskan 9 Orang, 27 Lainnya Luka Berat
Kunjungan Bersejarah MBS, Saudi Kejar Pakta Pertahanan dan Terobosan AI di AS