ESENSI.TV, JAKARTA — Menjelang Pilkada 2024, kekhawatiran dan kegelisahan semakin terasa di kalangan masyarakat, terutama di antara generasi muda yang kian peduli terhadap kondisi demokrasi Indonesia.
Dalam upaya merespons dinamika politik yang memanas, Konsorsium Bijak Pilkada, yang terdiri dari lebih dari 10 organisasi orang muda, menggelar acara bertajuk “Lepas Lelah Kelas Menengah: Risalah Hati Darurat Demokrasi”.
Di tengah kompleksitas situasi politik saat ini, acara ini menjadi didesain sebagai ruang aman, khususnya bagi masyarakat yang ingin mengekspresikan keresahan, berdiskusi, dan berbagi pandangan terhadap dinamika demokrasi serta kebijakan-kebijakan yang kini juga makin meresahkan kelas menengah.
Baca Juga: Bunga Zainal Jalani Pemeriksaan Kasus Penipuan Investasi Rp15 Miliar di Polda Metro Jaya
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sejak 2019, sekitar 9 juta orang dari kelas menengah telah "turun kelas," sebagian besar akibat kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada mereka.
Dalam konteks ini, acara ini diharapkan mampu menjadi salah satu pilihan wadah untuk masyarakat untuk ikut ambil serta dalam menyuarakan pandangan dan meluapkan keresahan.
Pada acara yang digelar di Ganara Art Space FX Sudirman Jakarta, perwakilan Konsorsium Bijak, Okki Sutanto, menyatakan, "Dua minggu ini telah banyak yang terjadi, dari awal kita merayakan kemerdekaan RI, kabar terkait putusan MK dan polemik didalamnya, hingga pendaftaran calon kepala daerah pada Pilkada.Saat-saat ini menjadi momen yang tepat buat kita untuk semakin guyub dan meluapkan keresahan kita bersama, karena rasanya sayang menjadi masyarakat yang hanya pasif saja.”
Okki juga menambahkan bahwa acara ini tidak hanya menjadi ajang berbagi keresahan, tetapi juga kesempatan untuk saling terkoneksi dalam semangat yang sama, yaitu kecintaan terhadap tanah air.
Baca Juga: DPR RI Dukung Pembentukan Komite Percepatan Pendidikan di Bawah Wapres
Therapy Session: Mumet & Puk-puk Bareng
Salah satu segmen yang menarik perhatian dalam acara ini adalah Therapy Session: Mumet & Puk-puk Bareng. Peserta dibagi ke dalam kelompok kecil berdasarkan latar belakang masing-masing—pekerja korporat, perantau, mahasiswa, hingga ASN—untuk berbagi cerita dan mengekspresikan keresahan mereka melalui poster gambar.
Sesi ini ditutup dengan presentasi poster dari tiap kelompok kecil, memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mengekspresikan pemikiran mereka secara kreatif.
Kelas Menengah Bisa Ngapain?
Setelah sesi berbagi dan berkreasi, acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipimpin oleh perwakilan dari berbagai organisasi anggota konsorsium.
Artikel Terkait
Islam dan Demokrasi
Pilkada Serentak Tentukan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Indonesia Darurat Demokrasi, Dosen UGM Sampaikan 5 Sikap
Unjuk Rasa Mengatasnamakan Indonesia Darurat Demokrasi, Hanya Persoalan Elektoral
Guru Besar UGM Serukan Pengembalian Demokrasi Kedaulatan Rakyat Indonesia