ESENSI.TV, TANGERANG - Sebuah kabar duka mengguncang dunia pendidikan di Tangerang Selatan.
Seorang siswa SMPN 19 Tangsel, MH (13), menghembuskan napas terakhirnya setelah menjalani perawatan intensif di RS Fatmawati.
Kepergiannya yang didahului serangkaian perundungan memunculkan pertanyaan besar mengenai apa yang sebenarnya dialami korban dalam hari-hari sebelum kondisinya memburuk.
Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, mengungkapkan bahwa berdasarkan pemeriksaan medis, MH ternyata memiliki tumor otak yang baru diketahui ketika ia dirawat secara intensif.
Baca Juga: Fenomena Paylater di Kalangan Gen Z, Praktis, Tapi Penuh Risiko Finansial
“Memang anak ini sudah menderita tumor, hanya saja baru ketahuan belakangan. Tumor otak itu tidak muncul tiba-tiba, prosesnya panjang, bisa bertahun-tahun. Hanya saja tidak dirasakan,” katanya, dikutip dari Instagram @fakta.indo pada Senin, 17 November 2025.
Namun pernyataan itu dibantah oleh pihak keluarga melalui kuasa hukum mereka, Alvian Adji Nugroho.
Ia menegaskan bahwa MH selama ini tidak memiliki riwayat penyakit serius.
“Keluarga menyampaikan bahwa almarhum tidak punya riwayat penyakit berat,” ujar Alvian.
Ia menambahkan bahwa kondisi MH mulai memburuk setelah peristiwa perundungan yang dialaminya, termasuk pemukulan menggunakan kursi besi yang mengenai bagian belakang kepalanya.
Baca Juga: Judistira Tegaskan Perpanjangan Rekayasa Lalu Lintas TB Simatupang Beri Dampak Positif
Peristiwa kekerasan tersebut terjadi pada 20 Oktober 2025 di ruang kelas, menjelang waktu istirahat.
Sehari setelah pemukulan, MH mulai merasakan sakit kepala hebat, penglihatan menurun, dan sering kehilangan kesadaran. Kondisinya semakin parah hingga akhirnya koma.
MH sempat mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit swasta di Tangsel sebelum akhirnya dirujuk ke RS Fatmawati untuk penanganan lebih lanjut, tempat ia kemudian meninggal dunia.