ESENSI.TV, GAYA HIDUP - Bayangkan situasi ini: Anda sedang menikmati hari dengan santai, lalu tiba-tiba notifikasi muncul.
Anda ditandai dalam sebuah foto yang bahkan tidak Anda ingat pernah diambil.
Jantung berdebar, pikiran berkecamuk, dan perasaan tidak nyaman mulai muncul.
Bagi Gen Z, momen seperti ini bukan sekadar gangguan kecil, melainkan sumber tekanan yang bisa berdampak besar.
Kehidupan digital yang mereka jalani sejak dini membuat setiap unggahan menjadi bagian penting dari citra diri mereka.
Mengapa Generasi Z Merasa Tertekan?
Gen Z tumbuh di era di mana media sosial bukan hanya tempat berbagi cerita, tetapi juga menjadi "panggung utama" kehidupan.
Baca Juga: Kemensos Dorong Pemberdayaan KPM untuk Kemandirian dan Kesejahteraan
Unggahan memalukan, baik itu foto lama yang tidak menarik atau video candid yang diambil tanpa persetujuan, bisa menjadi mimpi buruk.
Kehadiran digital bukan hanya tentang estetika, tetapi juga merek pribadi yang menentukan cara seseorang dipandang, baik oleh teman, keluarga, maupun calon pemberi kerja.
Faktanya, sebuah studi menunjukkan bahwa lebih dari 50% pemberi kerja memeriksa media sosial kandidat sebelum memutuskan untuk merekrut.
Bayangkan jika sebuah video konyol dari masa lalu muncul di saat wawancara kerja penting.
Tidak hanya itu, unggahan seperti ini juga dapat memengaruhi hubungan sosial, karena teman, gebetan, atau bahkan anggota keluarga bisa salah menafsirkan citra diri seseorang.
Baca Juga: Keindahan Teluk Hijau, Wisata Pantai Sempurna di Taman Nasional Meru Betiri