ESENSI.TV, KONGO - Pertempuran kembali pecah di wilayah timur Republik Demokratik Kongo pada Jumat, 5 Desember 2025.
Ironisnya, hal itu terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mempertemukan para pemimpin Kongo dan Rwanda dalam sebuah seremoni penandatanganan kesepakatan damai di Washington.
Kesepakatan tersebut diharapkan dapat meredam konflik berkepanjangan di kawasan yang kaya mineral itu, sekaligus membuka pintu bagi lebih banyak investasi Barat.
Harapan Damai yang Belum Terwujud
Presiden Felix Tshisekedi dari Kongo dan Presiden Paul Kagame dari Rwanda kembali menegaskan komitmen mereka terhadap perjanjian yang dicapai pada Juni lalu, sebuah kesepakatan yang didorong AS untuk menstabilkan wilayah timur Kongo yang sejak lama dilanda kekerasan.
Baca Juga: Daftar Lengkap Hasil Undian Piala Dunia 2026, Inggris Buka Misi dengan Duel Panas Kontra Kroasia
Trump menggambarkan momen tersebut sebagai upaya besar untuk mengakhiri perang puluhan tahun. Namun kenyataan di lapangan berkata lain.
Pertempuran Justru Meningkat
Di wilayah konflik, bentrokan sengit tetap berlanjut. Pihak-pihak yang bertikai saling menyalahkan atas serangan baru yang menewaskan warga dan menghancurkan permukiman.
Kelompok pemberontak AFC/M23, yang mendapat dukungan Rwanda dan tidak terikat pada perjanjian Washington, menuduh pasukan pemerintah melakukan serangan besar-besaran.
Mereka juga mengklaim bahwa tembakan artileri dari Burundi telah mengenai desa-desa di Kivu Utara dan Kivu Selatan selama beberapa hari, menewaskan perempuan dan anak-anak serta merusak sekolah dan fasilitas kesehatan. Sementara itu, militer Burundi belum memberikan tanggapan.
Baca Juga: Komplotan Begal Remaja di Indramayu Berhasil Dilumpuhkan, Polisi Tangkap 2 Pelaku Utama
Di sisi lain, tentara Kongo menegaskan bahwa mereka hanya menyasar kelompok bersenjata.
Militer menyebut pasukan Rwanda melancarkan serangan lintas batas dan mengirimkan drone ke wilayah Kongo, yang kemudian berhasil mereka jatuhkan.