ESENSI.TV, KONGO - Upaya untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Republik Demokratik Kongo memasuki babak baru.
Angola mengumumkan akan menjadi tuan rumah perundingan damai langsung antara pemerintah Kongo dan kelompok pemberontak M23 pada 18 Maret di ibu kota Luanda.
Langkah ini diharapkan bisa meredakan ketegangan yang kian memanas sejak awal tahun.
Angola, yang selama ini berperan sebagai mediator, berupaya menciptakan gencatan senjata yang bertahan lama di tengah konflik yang turut melibatkan negara tetangga Kongo, Rwanda.
Baca Juga: 10 Cara Jadi Anggota Komunitas Favorit ala Gen Z: Aktif, Asyik, dan Bikin Disukai Semua Orang
Kongo menuduh Rwanda mendukung M23, sebuah kelompok pemberontak yang dipimpin etnis Tutsi, meskipun Rwanda terus membantah keterlibatan tersebut.
Sebelumnya, pemerintah Kongo bersikeras menolak dialog langsung dengan M23.
Namun, setelah undangan resmi dari Angola, Kongo menyatakan "memperhatikan inisiatif" tersebut.
Juru bicara Presiden Kongo Felix Tshisekedi, Tina Salama, membenarkan bahwa pemerintah telah menerima undangan tersebut, meski belum memastikan keikutsertaannya.
Baca Juga: Lebaran 2025 Makin Lancar: Tol Jakarta-Cikampek Selatan Siap Pecah Kemacetan Arus Mudik dan Balik
Di sisi lain, pemimpin M23, Bertrand Bisimwa, melalui unggahan di platform X, mengklaim keberhasilan kelompoknya memaksa pemerintah Kongo untuk mempertimbangkan perundingan.
Ia menekankan bahwa dialog adalah "satu-satunya cara beradab" untuk menyelesaikan krisis yang semakin memburuk sejak Januari.
Konflik di Kongo timur sendiri sudah berlangsung selama bertahun-tahun, berakar dari dampak genosida Rwanda tahun 1994 yang meluas ke Kongo, serta persaingan atas kekayaan sumber daya mineral yang melimpah.
M23, yang kembali menguat sejak tahun lalu, telah merebut dua kota besar di wilayah timur Kongo, memicu eskalasi pertempuran.