ESENSI.TV, BOYOLALI - Seorang kakek berusia 95 tahun yang berasal dari Dukuh Banaran, Desa Ngampon, Kecamatan Ampel, Asmo Pawiro, menjadi wisudawan tertua dalam sekolah lansia yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali.
Prosesi wisuda dilakukan di halaman Kantor Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) menggelar wisuda lansia, Rabu (11/9/2024).
“Ini wisuda pertama saya, soalnya saya lulus SD saja tidak, berhenti di kelas IV SD. Jadi ini malah diwisuda di usia sekarang,” ujarnya sambil tertawa dikutip dari Solopos.com, Senin (16/09/2024).
WisBaca Juga: Amankan Pencoblosan, Kapolres Boyolali Pimpin Patroli di TPS Peserta PSU
Asmo Pawiro yang terlihat sudah sedikit membungkuk namun masih bisa berjalan tanpa tongkat atau bantuan orang lain. Ia bahkan tak berhenti tersenyum ketika namanya dipanggil saat acara Wisuda Lansia itu.
Berbusana layaknya wisudawan lembaga pendidikan dengan mengenakan toga dan topi bertali, Asmo juga menyandang selempang yang tak dipakai wisudawan lainnya. Di selempang itu tertulis “cumlaude” alias “dengan pujian.” Predikat itu disandangnya karena dia adalah wisudawan tertua Sekolah Lansia.
Mengaku Sangat Senang
Ditemui seusai acara, Asmo mengaku sangat senang karena bisa diwisuda di usianya yang sudah tak lagi muda. Baju yang ia pakai dipinjam dari tetangga.
Baca Juga: Waduh Mengerikan… Sepasang Lansia di Bogor Ditemukan Membusuk di Kamar
Saat mengikuti Sekolah Lansia, Asmo mengatakan mengikuti senam sehat, mendengarkan penjelasan tentang makanan sehat, dan sebagainya. Hal yang membahagiakannya saat mengikuti sekolah itu adalah karena dia bisa berkumpul dengan teman-teman sesama lansia.
“Kami diberi edukasi untuk mengurangi makanan asin, tidak merokok. Sama mbok wedok [istri] saya minta dikurangi garamnya. Sehari-hari saya juga suka makan sayur bening,” kata pria yang memiliki 6 anak, 13 cucu, dan 16 cicit tersebut.
Ia mengatakan resep panjang umurnya yaitu hidup senang dan menjaga kesehatan. Sehari-hari, ia masih beraktivitas ke ladang, menganyam berbagai kerajinan dari bambu seperti kepang atau tikar, widik atau alas berbentuk persegi panjang untuk menjemur, dan sebagainya.
Baca Juga: PJJ Diterapkan di 208 Sekolah Saat Misa Akbar Paus Fransiskus di GBK
“Saya buat kepang baru delapan tahun ini, buat widik sudah lebih dari 40 tahun. Sehari-hari juga masih ke ladang, mencangkul, mencari rumput juga,” ceritanya.
Artikel Terkait
Jalur Cepat dan Mockup untuk Layani Jemaah Haji Lansia di Embarkasi/Debarkasi
Kemensos Siapkan Rp787 M Bantu Permakanan Lansia
Kemenag Perkirakan Statistik Jemaah Haji Lansia Meningkat, Perkuat Lini Layanan
Kemenag Diminta Prioritaskan Kuota Tambahan Haji 2024 untuk Lansia
Terapkan Haji Ramah Lansia, Iran Apresiasi Indonesia
Baznas Serahkan Beasiswa Prestasi dan Bantuan Lansia di Yogyakarta
Didominasi Lansia, Ini yang Dilakukan Kemenag Mitigasi Risiko Haji 2024
Kemenag Pastikan Layanan Haji akan Ramah Lansia
Kemenag Lebih Perhatikan Haji Ramah Lansia