Senin, 22 Desember 2025

Densus 88 Ungkap Awal Mula Radikalisasi Teroris di Batu Malang

Photo Author
- Selasa, 6 Agustus 2024 | 08:00 WIB
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Aswin Siregar. (Foto: PMJ/Fajar).
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Pol Aswin Siregar. (Foto: PMJ/Fajar).

ESENSI.TV, MALANG - Penangkapan terorisme di Batu, Malang, Jawa Timur, mengungkap awal mula tersangka berinisial HOK (19) terpapar paham radikalisme hingga memiliki niat membuat bom bunuh diri.

Juru Bicara Densus 88 Anti Teror Mabes Polri Brigjen Aswin Siregar menjelaskan, bibit radikalisme mulai tumbuh dalam diri HOK saat bergabung dengan grup paham radikal pada November 2023.

Awalnya, HOK berinteraksi dengan seseorang melalui media sosial yang kemudian mengajaknya masuk ke dalam grup berbayar.

"Di dalam grup tersebut, tersangka HOK mendapatkan banyak video terkait propaganda ISIS atau Daulah Islamiyah, termasuk eksekusi dan peperangan ISIS, baiat, serta tindakan-tindakan dan aktivitas ISIS sesuai dengan syariat Islam. Jadi, konten itu didapat dari sebuah grup medsos," ujar Aswin dalam konferensi pers di Gedung Divisi Humas Mabes Polri, Jakarta, dikutip pada Selasa (6/8/2024).

Baca Juga: Indonesia Siap Gelar Produksi Gas Bumi Besar-Besaran pada 2028, Dapat Tambahan dari 3 Sumber Ini

Perjalanan Radikalisasi

HOK semakin terdorong mengikuti dua channel media sosial Telegram yang digunakan untuk menyebarkan ajaran radikal internasional, dibuat oleh seseorang di luar negeri.

Di sana, HOK diberikan pemahaman bahwa pemerintah yang tidak menganut sistem hukum Islam harus diperangi.

Ia juga menerima seri ajaran Daulah Islamiyah serta video tutorial tentang cara mendapatkan bahan peledak dan lagu-lagu propaganda.

Pada April-Mei 2024, HOK membeli sejumlah bahan untuk membuat bom. Ia sempat merakit bom hingga meledak di dalam kamar.

Orang tua HOK akhirnya mengetahui aksi tersebut setelah HOK membeli 20 liter zat kimia pada Mei 2024. Orang tua HOK memintanya berhenti karena dianggap sudah keluar dari jalur yang benar.

"Saat orangtuanya bertanya apa yang meledak, HOK menjawab dia sedang main petasan di dalam kamar. Kamar HOK memang selalu tertutup dan keluarganya dilarang masuk," ungkap Aswin.

Baca Juga: Dorong Pengembangan Proyek Gas Selat Makassar, Menteri ESDM: Potensi Besar untuk Ketahanan Energi Nasional

Langkah Lanjutan dan Imbauan

Aswin menegaskan, penyidik Densus 88 masih melakukan profiling terhadap jaringan media sosial yang diikuti oleh HOK. Ia juga mengimbau orang tua untuk mengawasi anak-anak mereka secara penuh.

"Dari sini semua proses terjadi terhadap seorang remaja, dari mulai mendapatkan informasi hingga termotivasi melakukan bom bunuh diri dalam kurun waktu sekitar 6-7 bulan saja," jelasnya.

Dengan penangkapan HOK, Densus 88 berharap bisa mengungkap lebih banyak jaringan teroris yang menyebarkan paham radikal melalui media sosial dan internet.

Halaman:

Editor: Lala Lala

Sumber: PMJ News

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X