Yuliot menjelaskan, proyek percontohan atau pilot project direncanakan dilaksanakan pada 30 kota besar hingga tahun 2029 mendatang.
Karena itu, masing-masing kota diharapkan menghasilkan listrik sekitar 20 MW dari sampah perkotaan.
“Proses perizinan akan dipersingkat secara administratif agar proyek bisa dilaksanakan dalam jangka waktu lebih cepat,” terang dia.
Baca Juga: 7 Makanan Favorit Gen Z Saat Diet yang Bikin Tetap Kenyang Tanpa Takut Gemuk
Kolaborasi Berbagai Pihak
Ia mengatakan, upaya mewujudkan program tersebut bisa dilakukan melalui kolaborasi berbagai pihak.
Pertama, pemerintah daerah dan masyarakat didorong untuk meningkatkan pemilahan sampah sejak dari sumber agar bahan baku WtE berkualitas dan efisiensi energi maksimal tercapai.
Kedua, kerjasama masyarakat perkotaan yang diharapkan secara aktif berpartisipasi dalam pemilahan sampah rumah tangga dan mendukung fasilitas pengolahan agar energi terbarukan bisa tumbuh.
Berikutnya, kolaborasi investor dan sektor swasta diajak untuk berpartisipasi dalam proyek PLTSa dengan kepastian regulasi dan tarif listrik yang mendukung kelayakan investasi.
Yuliot menambahkan, pihaknya secara aktif mendorong pelaksanaan transformasi dari sampah menjadi energi terwujud.
“Melalui regulasi yang kuat dan dukungan kelembagaan, proyek WtE diharapkan menjadi solusi nyata bagi permasalahan sampah perkotaan serta memperkuat ketahanan energi nasional,” tutupnya. ***
Artikel Terkait
Teguran Soal Sampah Berujung Maut, Lansia Tewas dalam Perkelahian dengan Tetangga di Johar Baru
Dua Direktur PT MMI Ditetapkan sebagai Tersangka Korupsi Pengadaan Instalasi Sampah Non-Organik senilai Rp1,2 miliar
Hingga 2034, Kementerian ESDM Targetkan 61 Persen Kapasitas Pembangkit dari EBT
Prabowo Tunjuk Ahmad Erani Yustika sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM
Wamen ESDM: Tak Ada Lagi Ketimpangan, BBM Satu Harga Satukan Indonesia
Wamen ESDM: Pemerintah Tingkatkan Ketersediaan FAME di Dalam Negeri untuk Program B50