Senin, 22 Desember 2025

Perlambatan Kredit Perbankan Ancam Sektor Riil, Misbakhun Desak Dukungan Konkret Dunia Usaha

Photo Author
- Senin, 21 Juli 2025 | 10:00 WIB
Kredit perbankan melambat sejak awal 2025, Misbakhun soroti dampak terhadap sektor tekstil, tambang, dan hilirisasi. (Foto: Dok. DPR RI)
Kredit perbankan melambat sejak awal 2025, Misbakhun soroti dampak terhadap sektor tekstil, tambang, dan hilirisasi. (Foto: Dok. DPR RI)

ESENSI.TV, JAKARTA - Pertumbuhan kredit perbankan yang melambat sejak awal 2025 mulai memberi dampak nyata pada sektor riil di Indonesia.

Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menilai perlambatan ini menghambat ekspansi pelaku usaha dan memperlemah produktivitas nasional.

Menurutnya, dunia usaha membutuhkan dukungan konkret dari perbankan, terutama dalam bentuk pembiayaan yang agresif dan tepat sasaran.

Data menunjukkan bahwa pada Mei 2025, pertumbuhan kredit perbankan tercatat hanya 8,43 persen secara tahunan, turun dari 8,8 persen pada April dan 9,16 persen pada Maret.

Baca Juga: Strategi Belanja Online Cerdas ala Gen Z, Anti Kalap Promo, Dompet Tetap Aman

Angka ini merupakan laju pertumbuhan terendah sejak pertengahan 2023.

Misbakhun menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat serta menyusutnya kelas menengah, yang berimbas pada permintaan pembiayaan dari sektor riil.

Beberapa sektor strategis disebut mengalami kendala serius dalam mengakses pembiayaan dari perbankan.

Misbakhun menyoroti industri tekstil, pertambangan, dan sektor hilirisasi sebagai contoh sektor yang kesulitan mendapat kredit yang cukup untuk mendukung kegiatan usaha.

Kondisi ini membatasi kemampuan perusahaan dalam melakukan belanja modal dan operasional, sehingga rencana ekspansi dan peningkatan efisiensi usaha tertunda.

Baca Juga: Jangan Tertukar! Ini Perbedaan Gejala Hipoglikemia dan Hiperglikemia yang Harus Segera Dikenali

Padahal menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit investasi memang tumbuh 13,74 persen, dan kredit modal kerja naik 4,94 persen pada Mei 2025.

Namun, pertumbuhan tersebut dinilai belum sebanding dengan kebutuhan dunia usaha yang terus meningkat.

Misbakhun menyebut bahwa angka tersebut harus ditingkatkan secara lebih agresif agar dapat menopang pertumbuhan sektor riil yang saat ini cenderung stagnan.

Halaman:

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X