Senin, 22 Desember 2025

Stunting di Indonesia Masih Jauh dari Target 2024!

Photo Author
- Jumat, 12 Juli 2024 | 18:47 WIB
Ilustrasi kaki bayi (Photo by ulrich Keutchatang : https://www.pexels.com/photo/little-boy-wearing-white-sneakers-18324209/)
Ilustrasi kaki bayi (Photo by ulrich Keutchatang : https://www.pexels.com/photo/little-boy-wearing-white-sneakers-18324209/)

ESENSI.TV, JAKARTA - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi ini memiliki dampak buruk bagi tumbuh kembang anak yang mempengaruhi kesehatan, kognitif, dan kualitas hidup jangka panjang.

Kondisi Stunting di Indonesia 2024

Pada tahun 2024, kondisi stunting di Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia menurun dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6%. Meskipun ini merupakan kemajuan, angka tersebut masih di atas standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu kurang dari 20%. Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan penurunan angka stunting hingga 14% pada tahun 2024.

Dampak Fatal Stunting pada Fisik Anak

Stunting mengakibatkan pertumbuhan fisik yang terhambat sehingga anak memiliki tinggi badan di bawah rata-rata usianya. Selain itu, perkembangan otak anak juga terganggu, yang berdampak pada penurunan kemampuan kognitif dan motorik. Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki daya tahan tubuh yang lemah, sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.

Baca Juga: Vaksin DBD Berhasil Turunkan Angka Kematian Akibat DBD di Kaltim

Dampak Fatal Stunting pada Intelektual Anak

Dampak jangka panjang dari stunting mencakup penurunan kapasitas intelektual yang mempengaruhi kemampuan belajar dan prestasi akademis. Anak-anak yang stunting sering kali memiliki performa yang lebih rendah di sekolah, yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja saat dewasa. Selain itu, mereka berisiko mengalami penyakit degeneratif seperti diabetes dan hipertensi di masa depan.

Dampak Fatal Stunting pada Masyarakat

Stunting harus segera diatasi karena memiliki dampak luas tidak hanya pada individu tetapi juga pada perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat. Anak-anak yang stunting cenderung menjadi dewasa dengan produktivitas rendah, yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan tingkat kemiskinan. Pencegahan stunting memerlukan intervensi sejak dini, termasuk pemenuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping ASI yang berkualitas, serta akses sanitasi dan air bersih yang memadai.

Baca Juga: Pencegahan Pernikahan Dini sebagai Upaya Mengurangi Risiko Stunting

Upaya Pencegahan dari Berbagai Pihak

Upaya ini melibatkan koordinasi antara berbagai kementerian dan lembaga, termasuk BKKBN dan Kementerian Kesehatan, yang melakukan intervensi spesifik seperti peningkatan gizi pada ibu sebelum dan selama hamil serta pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun​.


Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mencegah stunting juga harus ditingkatkan. Caranya adalah dengan menekankan pentingnya pemenuhan gizi ibu sejak hamil dan perbaikan dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk mengurangi risiko stunting pada bayi usia 6 hingga 23 bulan. Dengan demikian, generasi mendatang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa.

Editor: Lala Lala

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X