Senin, 22 Desember 2025

Pencegahan Pernikahan Dini sebagai Upaya Mengurangi Risiko Stunting

Photo Author
- Kamis, 11 Juli 2024 | 01:25 WIB
Ilustrasi tes kehamilan positif (Photo by RDNE Stock project: https://www.pexels.com/photo/two-people-looking-at-a-pregnancy-kit-result-6149221/)
Ilustrasi tes kehamilan positif (Photo by RDNE Stock project: https://www.pexels.com/photo/two-people-looking-at-a-pregnancy-kit-result-6149221/)

ESENSI.TV, JAKARTA - Pernikahan dini di Indonesia masih menjadi isu serius yang memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak. Salah satu dampak signifikan dari pernikahan dini adalah peningkatan risiko stunting pada anak-anak. Stunting adalah kondisi tinggi badan anak balita yang jauh lebih pendek daripada rata-rata tinggi anak seusianya karena mengalami gagal tumbuh.

Pernikahan Dini sebagai Faktor Resiko Stunting

Pernikahan dini menyebabkan banyak masalah kesehatan dan sosial. Ibu muda yang belum matang secara fisik dan mental sering kali tidak memiliki pengetahuan dan sumber daya yang cukup untuk mengelola kehamilan dan asupan gizi yang memadai untuk bayi mereka. Kondisi ini meningkatkan risiko stunting pada anak-anak mereka sehingga mengalami kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai, yang sering terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan anak.

Stranas PPA sebagai Bentuk Nyata Upaya Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai strategi untuk mencegah pernikahan dini sebagai bagian dari upaya menurunkan angka stunting. Salah satu langkah penting adalah penetapan Strategi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak (Stranas PPA), yang fokus pada peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang bahaya pernikahan dini serta penguatan kapasitas anak-anak untuk menolak pernikahan dini.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019, batas minimal usia untuk menikah adalah 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan. Aturan ini bertujuan untuk memastikan bahwa individu yang menikah memiliki kesiapan fisik dan mental yang memadai untuk membangun keluarga dan merawat anak-anak mereka.

Baca Juga: Pernikahan Dini Makin Mengkhawatirkan, Pentingnya Pengenalan Cita-cita bagi Kalangan Remaja

Pencegahan melalui Pemberdayaan

Selain perubahan dalam kebijakan, pemerintah juga mengadakan berbagai program edukasi dan pemberdayaan perempuan, seperti peningkatan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan reproduksi. Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh remaja, khususnya perempuan, untuk membuat keputusan yang lebih baik tentang kehidupan mereka, termasuk menolak pernikahan dini.

Baca Juga: Kaltara Cegah Perkawinan Anak Lewat BRILLIANT

Peran Serta Keluarga dan Masyarakat

Upaya pencegahan pernikahan dini juga melibatkan komunitas dan keluarga. Dengan meningkatkan kesadaran di tingkat komunitas tentang bahaya pernikahan dini dan pentingnya nutrisi yang baik untuk pertumbuhan anak, diharapkan angka stunting dapat berkurang secara signifikan. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara optimal.

Melalui upaya bersama dan komitmen yang kuat, pencegahan pernikahan dini dapat menjadi langkah efektif untuk mengurangi risiko stunting, sehingga generasi mendatang dapat tumbuh dengan sehat dan mencapai potensi penuh mereka.

Editor: Lala Lala

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X