Gen Z lebih senang belajar melalui praktik langsung dibanding hanya teori di kelas.
Mereka merespons lebih baik terhadap metode seperti project-based learning, simulasi, studi kasus, atau kerja tim.
Pengalaman langsung dianggap lebih relevan dan berguna untuk mempersiapkan dunia kerja yang nyata.
Selain itu, pembelajaran yang bersifat kolaboratif juga membantu mereka mengasah soft skill seperti komunikasi dan problem solving.
Sekolah dan kampus mulai mengintegrasikan program magang, kerja sosial, dan proyek lapangan sebagai bagian dari kurikulum.
Baca Juga: Bankaltimtara Syariah Buka Lowongan Pegawai Kontrak untuk Lulusan D3, Cek Syarat dan Cara Daftarnya!
5. Peran Media Sosial sebagai Sarana Belajar Alternatif
Media sosial tidak hanya dipakai untuk hiburan, tetapi juga dimanfaatkan Gen Z untuk belajar dan bertukar informasi.
Akun-akun edukatif di Instagram, TikTok, dan Twitter menjadi sumber pengetahuan baru yang populer.
Mereka juga aktif berdiskusi dan belajar dari komunitas digital, termasuk grup belajar daring atau platform edukasi terbuka.
Interaksi ini menciptakan ekosistem belajar sosial yang dinamis dan terbuka terhadap berbagai perspektif.
Namun, perlu ada pendampingan agar konten yang dikonsumsi tetap sehat dan tidak menyesatkan.
Baca Juga: Mengenal Berbagai Jenis SIM di Indonesia, Fungsi, Syarat, dan Peruntukannya
Perubahan cara belajar Gen Z di era digital memaksa dunia pendidikan untuk melakukan transformasi menyeluruh.
Mulai dari konten yang lebih visual, metode yang fleksibel, hingga pembelajaran berbasis pengalaman nyata.