Fenomena masuknya gajah ke desa-desa sekitar TNTN semakin sering dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini tidak hanya membahayakan satwa, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang kehilangan tanaman pangan maupun komoditas pertanian.
Kerusakan ekosistem di hulu kawasan Tesso Nilo turut memengaruhi stabilitas lingkungan di daerah sekitar.
Desa-desa di bagian hilir Sungai Nilo, seperti Desa Air Hitam dan Lubuk Kembang Bunga di Kabupaten Pelalawan, mengalami banjir tahunan karena daya serap hutan yang rusak tidak lagi mampu menahan limpasan air.
Baca Juga: Cara Tepat Merawat Motor yang Pernah Terendam Banjir agar Aman dan Tahan Lama
Banjir berulang ini menjadi indikator bahwa degradasi hutan tidak hanya berdampak pada satwa liar, tetapi juga pada keselamatan, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat di sekitar kawasan.
Luas Kawasan Tesso Nilo Tergerus Drastis
Data terbaru menunjukkan penurunan signifikan luas kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.
Dari total 81.793 hektare pada 2014, kini hanya tersisa sekitar 12.561 hektare area yang masih berfungsi sebagaimana mestinya sebagai taman nasional.
Jaksa Agung ST Burhanuddin menyatakan bahwa penyusutan ini sebagian terkait dengan praktik alih fungsi lahan secara ilegal dan penerbitan sertifikat hak milik (SHM) yang diduga berhubungan dengan tindak pidana korupsi.***(LL)