Proyek hidrogen hijau diharapkan menjadi multiplier effect baru, membuka lapangan kerja lokal, memperkuat rantai pasok UMKM, sekaligus mengokohkan Lampung sebagai salah satu pusat energi terbarukan nasional.
Yuliot mengatakan, Ulubelu adalah etalase nyata transisi energi Indonesia sebab panas bumi yang selama ini menopang Lampung kini digunakan untuk melahirkan hidrogen hijau.
“Proyek ini bukan sekadar eksperimen, melainkan fondasi bagi Indonesia untuk memasuki pasar energi global rendah karbon,” ungkapnya.
Senada dengan itu, Bupati Tanggamus, Dewi Handajani mengatakan, bagi masyarakat PLTP Ulubelu sudah membawa banyak manfaat, mulai dari perbaikan infrastruktur hingga terbukanya usaha lokal.
“Dengan hadirnya hidrogen hijau, kami berharap manfaatnya semakin luas, baik untuk tenaga kerja maupun peluang ekonomi baru,” tutur dia.
Baca Juga: Bukan Musuh! Ini7 Makanan Tinggi Karbohidrat yang Sehat dan Mudah Ditemukan di Indonesia
Proyeksi Ekspor ke Pasar Global
Lebih jauh, Yuliot menjelaskan bahwa selain memenuhi kebutuhan domestik, pemerintah juga menargetkan ekspor hidrogen hijau ke Jepang dan Korea Selatan. Saat ini, dua negara tersebut menjadi importir potensial terbesar di Asia.
Kedua negara tersebut tengah gencar mengembangkan industri berbasis hidrogen untuk sektor transportasi, industri baja, dan pembangkit listrik.
Dengan keunggulan Ulubelu sebagai sumber energi bersih berbasis panas bumi, Indonesia berpotensi menjadi pemasok strategis yang mampu memberikan pasokan stabil dengan jejak karbon rendah.
“Dengan hadirnya hidrogen hijau Ulubelu, Indonesia tidak hanya memenuhi kebutuhan energi bersih dalam negeri, tetapi juga menempatkan diri pada peta global sebagai pemasok energi masa depan. Jepang dan Korea Selatan telah menyatakan minat kuat terhadap pasokan ini. Artinya, proyek ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga diplomasi energi yang akan memperkuat posisi Indonesia di tingkat regional maupun global,” ungkap Yuliot lagi.
Baca Juga: Judistira Tegaskan Revisi Tunjangan Rumah DPRD DKI Sudah Disepakati Semua Fraksi
Agenda Nasional 2025–2029
Kementerian ESDM juga mencatat, langkah ini sejalan dengan Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) serta program unggulan Kementerian ESDM 2025–2029.
Pertama, Transisi Energi dan Dekarbonisasi, dengan target bauran energi terbarukan 23% pada 2025 dan meningkat hingga 31% pada 2029.
Artikel Terkait
Dorong Pengembangan Proyek Gas Selat Makassar, Menteri ESDM: Potensi Besar untuk Ketahanan Energi Nasional
Pastikan Keamanan Aktivitas Vulkanik Selama Libur Nataru, Menteri ESDM Pantau Gunung Merapi
ESDM Siapkan Jebolan PEP Bandung Jadi Agen Perubahan Hilirisasi Energi
Wamen ESDM Beberkan Alasan BBM Non-Subsidi di SPBU Swasta Kosong
ESDM Groundbreaking Green Hydrogen Plant Ulubelu yang Mampu Kurangi Emisi Karbon Hingga 438 Ton CO₂ per tahun