Ia menekankan bahwa banjir yang kerap melanda setiap musim hujan menimbulkan kerugian ekonomi, sosial, hingga kesehatan.
Oleh karena itu, menyelesaikan 16 kilometer tersisa merupakan kebutuhan mendesak, bukan sekadar pilihan politik atau proyek rutin tahunan.
“Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk normalisasi akan kembali dalam bentuk perlindungan masyarakat. Kerugian akibat banjir jauh lebih besar jika dibandingkan dengan biaya normalisasi,” tambahnya.
Baca Juga: Menjelajah Lorentz, Warisan Dunia UNESCO dengan Keindahan Alam Papua yang Tiada Duanya
Harapan untuk Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Lebih lanjut, Judistira mendorong adanya koordinasi yang lebih solid antara pemerintah pusat dan Pemprov DKI.
Pasalnya, normalisasi Ciliwung merupakan bagian dari program pengendalian banjir yang membutuhkan sinergi lintas instansi.
Ia menekankan bahwa tanpa komitmen bersama, pekerjaan besar ini akan sulit selesai tepat waktu.
Dengan kondisi saat ini, di mana baru 17 kilometer yang rampung, Judistira mengingatkan agar pemerintah tidak lengah.
Menurutnya, 16 kilometer sisa harus dijadikan prioritas utama agar target normalisasi tercapai dan masyarakat Jakarta bisa merasakan dampak nyata dari program ini.***(LL)
Artikel Terkait
Judistira Hermawan Ungkap Cara Jitu Redam Banjir dan Tingkatkan Kelancaran Transportasi Jakarta
Judistira Hermawan Dorong Pembangunan RSUD Modern di Kecamatan Cakung
Judistira Hermawan Dorong Akses KUR dan Pendampingan untuk Perkuat UMKM Jakarta
Judistira Hermawan Dorong Transportasi Ramah Lingkungan untuk Kurangi Polusi Jakarta
Normalisasi Sungai Ciliwung Ditarget Rampung 2031, Judistira Pastikan Pengawasan Ketat Hingga Tuntas