ESENSI.TV, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menyampaikan apresiasi atas kerja sama antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Telkom Indonesia dalam mengembangkan sistem peringatan dini gempa megathrust.
Inisiatif ini dinilai sebagai langkah positif dalam mendukung upaya penguatan sistem peringatan dini tsunami nasional yang dioperasikan dan disebarluaskan oleh BMKG.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, pengembangan teknologi Deteksi Dini Tsunami menggunakan kabel laut optik seperti yang akan dilakukan oleh UGM dan Telkom, sangat cocok bagi Indonesia di mana kabel laut optik sudah sangat banyak digelar dan menjadi back bone pertukaran data dan informasi antar pulau.
Baca Juga: Peringatkan resmi dari BMKG, Cuaca Ekstrem Diprediksi Warnai Liburan Nataru di Jawa dan Bali
Sehingga jika kabel laut optik ini dapat digunakan untuk mendeteksi Tsunami, maka akan dapat meratakan distribusi sensor ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk ke wilayah laut yang saat ini masih jarang terdapat sensor.
“Setiap upaya untuk memperkuat mitigasi bencana, khususnya melalui inovasi teknologi, sangat kami hargai. Kerja sama antara kampus dan industri seperti UGM dan Telkom adalah bagian penting dari ekosistem kolaboratif yang kita butuhkan dalam menghadapi ancaman gempa megathrust dan tsunami,” ujar Dwikorita di Jakarta, Jumat (30/5).
Dwikorita mengungkapkan, BMKG sebagai lembaga resmi negara yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009, bertanggung jawab penuh sebagai "single authoritative agency" yang berwenang untuk mengoperasikan dan menyebarkan informasi Peringatan Dini Tsunami.
Baca Juga: BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Saat Libur Natal dan Tahun Baru 2024/2025
Perlunya suatu otoritas tunggal ini, kata dia, karena untuk menghindari kebingungan dan kekacauan publik dalam meresponse lanjut Peringatan Dini, apabila Peringatan tersebut disampaikan oleh banyak lembaga yg berbeda-beda.
Terutama berita adanya Tsunami ini akan berpotensi untuk menginisiasi adanya evakuasi massal dan penghentian proses produksi di industri yang mengakibatkan konsekuensi finansial sangat besar.
Dwikorita menambahkan bahwa BMKG secara terbuka mendorong lembaga riset, perguruan tinggi, dan sektor swasta untuk terus berinovasi.
Namun, ia menekankan bahwa setiap teknologi yang dikembangkan dan akan digunakan dalam sistem peringatan dini nasional (InaTEWS) harus terlebih dahulu melalui tahapan uji kelayakan dan kesesuaian standar nasional, guna memastikan akurasi dan keandalan operasional.
Baca Juga: Fenomena Angin Kencang Landa Jabodetabek, BMKG Perkirakan Berlanjut Hingga Akhir Tahun
“Sistem peringatan dini tsunami bukan sekadar persoalan teknologi, tetapi soal kecepatan, ketepatan, koordinasi antar lembaga dan akurasi informasi yang berdampak langsung pada keselamatan jutaan jiwa dan kerugian finansial yang sangat besar pada kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, integrasi teknologi ke dalam sistem InaTEWS harus memenuhi standar yang ketat dan dapat diuji dalam kondisi darurat nyata,” tegasnya.
Artikel Terkait
BMKG Peringatkan Potensi Angin Kencang dan Gelombang Tinggi di Jawa Tengah Akibat Awan Cumulonimbus
BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem Saat Libur Natal dan Tahun Baru 2024/2025
Fenomena Angin Kencang Landa Jabodetabek, BMKG Perkirakan Berlanjut Hingga Akhir Tahun
Operasi Modifikasi Cuaca BMKG Berhasil Turunkan Intensitas Hujan Secara Drastis di Jakarta
Peringatkan resmi dari BMKG, Cuaca Ekstrem Diprediksi Warnai Liburan Nataru di Jawa dan Bali