Senin, 22 Desember 2025

Setelah Beras, Pemerintah Juga akan Impor Jagung Pakan

Photo Author
- Senin, 9 Oktober 2023 | 20:48 WIB
Mendag) RI Zulkifli Hasan bertolak ke Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS), Jumat, (10/11/2023) untuk melakukan kunjungan kerja pada 11-20 November 2023. foto: dok
Mendag) RI Zulkifli Hasan bertolak ke Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS), Jumat, (10/11/2023) untuk melakukan kunjungan kerja pada 11-20 November 2023. foto: dok

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas (ratas) membahas stabilitas harga komoditas pangan. Khususnya jagung, gula, dan beras, di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (9/10/2023).

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, mengatakan pemerintah akan melakukan impor jagung guna menekan harga jagung pakan ternak yang mulai merangkak naik.

“Harga jagung memang berangsur-angsur di tempat peternak naik. Tadi ditambah, karena kita impor jagung untuk industri, ditambah sebanyak 250 ribu ton tadi,” ujar Mendag usai ratas.

Zulkifli menekankan, jagung yang diimpor tersebut hanya diperuntukkan untuk pakan ternak dan bukan untuk konsumsi.

“Untuk peternakan, untuk industri, bukan konsumsi. Untuk industri pakan ternak,” tegasnya.

Terkait ketersediaan beras, Mendag mengatakan saat ini Indonesia memiliki stok yang cukup. Namun Mendag mengakui, meskipun tidak naik, harga beras di sejumlah daerah masih belum turun.

“Stok cukup, mulai dari pusat, provinsi sampai kabupaten ya, jadi digelontorkan. Memang yang dekat-dekat, seperti Jakarta dan Jawa Barat sebagian sudah turun. Tapi yang jauh-jauh belum turun tapi tidak naik lagi,” ujarnya.

Mendag menambahkan, untuk mengantisipasi dampak dari El Nino pemerintah juga tengah menjalin kerja sama dengan sejumlah negara untuk pengadaan beras jika nanti diperlukan.

“Tadi diputuskan, kalau diperlukan ada, kita bisa beli lagi beras itu walaupun belum tentu dibawa kemari. Jadi, kalau ada kita beli, pada waktu yang diperlukan baru nanti diimpor,” kata Mendag.

Sedangkan untuk gula, ia mengatakan, harga gula mulai berangsur naik. Ini disebabkan minimnya realisasi pengadaan gula dari luar negeri untuk menutupi kekurangan suplai dari dalam negeri.

“Para pelaku importir gula, baru mengimpor gula itu kira-kira 30 persen. Jadi, yang diharuskan, dikeluarkan persetujuan impornya yang diputuskan neraca komoditas dan dihitung. Direkomendasikan oleh perindustrian karena yang menunjuk itu dua ini, baru terealisasi kami cek, lebih kurang 30 persen,”jelasnya. *

#beritaviral
#beritaterkini

Email : [email protected]
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H Napitupulu

Editor: Junita Ariani

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

UI: Berbahaya Jika Masyarakat Sipil Ragu Data BPS

Senin, 11 Agustus 2025 | 14:48 WIB

Potensi Ekonomi Garam Indonesia Capai Rp4,14 T

Kamis, 19 Desember 2024 | 17:30 WIB

Ekspor Juni 2024 Capai US$20,84 Miliar

Senin, 15 Juli 2024 | 20:23 WIB

Cadangan Devisa Juni 2024 Naik Rp19,7 Triliun

Jumat, 5 Juli 2024 | 14:48 WIB
X