Senin, 22 Desember 2025

Serangan OPT pada Tanaman Cabai Merah di Sumut Capai 4.038,7 Hektare

Photo Author
- Senin, 2 Januari 2023 | 15:52 WIB
Komisi IV  meminta Kementan menyediakan berbagai dukungan dan fasilitas pertanian cabai di Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara (Sumut). foto: dok
Komisi IV meminta Kementan menyediakan berbagai dukungan dan fasilitas pertanian cabai di Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara (Sumut). foto: dok

Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman cabai merah milik petani di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencapai 4.038,7 hektare.

“Ini kumulatif serangan sepanjang tahun 2022 untuk tanaman cabai merah di Sumatera Utara,” kata Marino, Senin (2/1/2023), di Medan.

Marino adalah Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Dinas Tanaman Pangan dan TPH Sumut

Menurutnya, serangan OPT yang menyerang tanaman cabai merah yakni antraknosa, bercak daun atau cercospora, busuk daun.

Kemudian ada juga lalat buah, layu fusarium, aphis, virus keriting, trips, ulat grayak, virus kuning dank utu kebul.

Dari jenis OPT tersebut, virus keriting mendominasi serangan dengan luas serangan berkisar 974,8 hektare dengan tingkat serangan ringan, dan 20,2 hektare serangan sedang, serta 0,1 hektare serangan berat.

Untuk serangan OPT jenis virus kuning luas serangannya mencapai 906,4 hektare dengan tingkat serangan ringan, dan 36,2 hektare dengan tingkat serangan sedang.

Selanjutnya, serangan antraknosa mencapai 903,61 hektare dengan tingkat serangan ringan dan 4,15 hektare dengan tingkat serangan sedang.

Semntara tanaman cabai merah yang diserang oleh OPT jenis trips luasannya mencapai 509,1 hektare dengan tingkat serangan ringan dan 16,1 hektare tingkat seraangan sedang.

“Itulah OPT yang mendominasi menyerang tanaman cabai merah petani kita," jelas Marino.

Ia menegaskan bahwa tidak ada serangan yang menyebabkan tanaman mengalami puso atau mati. Tingkat serangan hanya berada pada serangan ringan, sedang dan berat.

Untuk serangan berat pun, kata Marino, luasannya relatif kecil, berkisar 1,1 hektare. Kemudian, serangan sedang 79 hektare dan ringan 3.958,6 hektare.

“Petugas kita di lapangan senantiasa melakukan monitoring di lapangan. Jadi, begitu ada serangan langsung dilakukan pengendalian. Jangan sampai tanaman mengalami puso atau petani gagal panen,” ujar Marino.

Upaya Pengendalian


Dikatakannya, dalam mengendalikan serangan OPT pada tanaman cabai merah yang menjadi penyumbang inflasi, pihaknya melakukan beberapa upaya.

Diantaranya, mengajak para petani untuk melakukan gerakan pengendalian secara preventif sebelum terjadi serangan.
Kemudian, memberikan bantuan pestisida yang ramah lingkungan serta melakukan monitoring ke seluruh pertanaman.

“Petugas-petugas kita di lapangan langsung memberikan laporan begitu ada serangan OPT pada tanaman cabai merah. Makanya tidak ada tanaman yang mengalami puso,” ujar Marino. *

 

Editor: Raja H. Napitupulu

Editor: Junita Ariani

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

UI: Berbahaya Jika Masyarakat Sipil Ragu Data BPS

Senin, 11 Agustus 2025 | 14:48 WIB

Potensi Ekonomi Garam Indonesia Capai Rp4,14 T

Kamis, 19 Desember 2024 | 17:30 WIB

Ekspor Juni 2024 Capai US$20,84 Miliar

Senin, 15 Juli 2024 | 20:23 WIB

Cadangan Devisa Juni 2024 Naik Rp19,7 Triliun

Jumat, 5 Juli 2024 | 14:48 WIB
X