Ia juga menilai bahwa kebijakan makroprudensial sebaiknya dirancang fleksibel agar mampu merespons dinamika global.
Misbakhun mengingatkan bahwa gejolak eksternal seperti fluktuasi harga komoditas, pelemahan ekonomi dunia, hingga ketegangan geopolitik bisa berdampak signifikan pada stabilitas keuangan domestik.
Dengan kolaborasi yang erat antara BI, OJK, dan pemerintah, Misbakhun optimistis Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas.
"Pertumbuhan ekonomi yang inklusif hanya bisa tercapai jika stabilitas moneter dan sistem keuangan tetap terjaga, sekaligus mampu mendorong aktivitas sektor riil," tegasnya.
Baca Juga: Listrik Desa untuk Kesejahteraan Masyarakat
Keseimbangan antara stabilitas keuangan dan dorongan terhadap investasi produktif disebut sebagai strategi utama yang perlu dijaga secara konsisten.
Dengan demikian, kebijakan makroprudensial yang tepat sasaran akan menjadi instrumen penting dalam mewujudkan target pertumbuhan ekonomi RAPBN 2026.***(LL)