ekonomi

PBB Dorong Negara Berkembang Lipatgandakan Produksi Energi Terbarukan

Minggu, 3 Desember 2023 | 08:02 WIB
Sekjen PBB António Guterres (kedua dari kiri) dan para panelis di pertemuan Landlocked Developing Countries (LLDCs) dalam World Climate Action Summit COP28, di Dubai, United Arab Emirates, Sabtu (2/12/2023). Foto: UNFCCC/Kiara Worth

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengumumkan rencana untuk membentuk sebuah panel yang bertujuan untuk memastikan peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.

Dia mengatakan transisi bahan bakar fosil kepada energi terbarukan adalah kegiatan ekonomi yang adil, berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua negara.

Pengumuman ini disampaikan Sekjen PBB dalam pidatonya di pertemuan puncak para pemimpin negara berkembang yang berlangsung pada konferensi iklim PBB terbaru, COP28, di Dubai, Uni Emirat Arab, Sabtu (2/12/2023).

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, yang merupakan pendukung kuat peralihan dari bahan bakar fosil, mengatakan kepada para pemimpin Kelompok 77 Negara Berkembang, termasuk Tiongkok.

Transisi Energi


Dia mengatakan ketersediaan dan aksesibilitas mineral transisi energi penting sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut dan ditetapkan dalam Perjanjian Paris tahun 2015.

“COP28 harus membuat negara-negara berkomitmen untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan, melipatgandakan efisiensi energi, dan menghadirkan energi bersih bagi semua orang, pada tahun 2030,” kata Sekjen PBB lagi.

Dia  menekankan bahwa penghapusan bahan bakar fosil harus dilakukan dengan peta jalan yang adil dan dengan jangka waktu yang sesuai dengan 1,5 derajat juga penting.

"Oleh karena itu,  kita memerlukan transisi yang adil dan merata dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Keberadaan beberapa negara dalam hal ini bergantung pada hal ini," jelasnya.

Booming energi ramah lingkungan merupakan peluang bagi negara-negara berkembang yang kaya akan komoditas untuk melakukan transformasi dan diversifikasi perekonomian mereka.

Namun, kurangnya panduan global untuk mengelola sumber daya ini dapat memperburuk risiko geopolitik serta tantangan lingkungan dan sosial, termasuk dampak terhadap air, keanekaragaman hayati, kesehatan, dan hak-hak masyarakat adat.

“Ekstraksi mineral penting untuk revolusi energi bersih – mulai dari pembangkit listrik tenaga angin hingga panel surya dan manufaktur baterai harus dilakukan dengan cara yang berkelanjutan, adil dan adil,” kata Sekjen PBB.

Dia  menambahkan bahwa permintaan mineral, seperti tembaga, litium dan kobalt, diperkirakan akan meningkat hampir empat kali lipat pada tahun 2030.

Email: ernasariulinagirsang@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang/Raja H. Napitupulu

Tags

Terkini

UI: Berbahaya Jika Masyarakat Sipil Ragu Data BPS

Senin, 11 Agustus 2025 | 14:48 WIB

Potensi Ekonomi Garam Indonesia Capai Rp4,14 T

Kamis, 19 Desember 2024 | 17:30 WIB

Ekspor Juni 2024 Capai US$20,84 Miliar

Senin, 15 Juli 2024 | 20:23 WIB

Cadangan Devisa Juni 2024 Naik Rp19,7 Triliun

Jumat, 5 Juli 2024 | 14:48 WIB