ESENSI.TV, INTERNASIONAL - Gempa bumi dahsyat yang melanda Vanuatu pada 17 Desember 2024 telah mengguncang kehidupan ribuan warga.
Sebagai wujud solidaritas dan komitmen kemanusiaan, pemerintah Indonesia segera mengirimkan bantuan kemanusiaan ke negara tersebut.
Langkah ini sekaligus menegaskan hubungan erat antara kedua negara yang telah terjalin selama bertahun-tahun.
Sebagai langkah awal, tim pendahulu dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan diberangkatkan ke Vanuatu untuk mempersiapkan logistik dan administrasi.
Bantuan tahap pertama dijadwalkan berangkat pada Jumat, 27 Desember 2024. Tim ini akan membawa kebutuhan mendesak seperti obat-obatan, makanan, air bersih, serta perlengkapan lain untuk membantu para korban.
“Presiden telah memerintahkan kami untuk segera menyiapkan bantuan bagi Vanuatu. Negara ini adalah mitra penting Indonesia, dan ini adalah panggilan kemanusiaan yang harus kita prioritaskan,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., dalam konferensi pers, dikutip pada Rabu, 25 Desember 2024.
Bantuan yang diberikan tidak hanya berupa logistik, tetapi juga tenaga ahli. Tim Emergency Medical Team (EMT) akan dikerahkan untuk memberikan layanan kesehatan darurat, sementara tim SAR akan membantu pencarian dan penyelamatan.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk membantu rekonstruksi infrastruktur dasar seperti fasilitas kesehatan yang rusak akibat gempa.
Baca Juga: Gandeng Platform Digital, Kemkomdigi Siap Sukseskan Program Makan Bergizi Gratis
Menko PMK juga memastikan bahwa pengiriman bantuan ke Vanuatu tidak akan memengaruhi kesiapan Indonesia dalam menangani bencana di dalam negeri.
“Kami telah mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologi selama libur Natal dan Tahun Baru. Tim yang dikirim ke Vanuatu adalah tim khusus yang tidak mengganggu penanganan bencana di Indonesia,” jelasnya.
Gempa bumi yang melanda Vanuatu telah menyebabkan kerusakan besar. Data terakhir mencatat 18 orang meninggal dunia, 200 lainnya terluka, dan 947 orang mengungsi.
Total 80.000 jiwa terdampak, termasuk lebih dari 14.000 anak-anak dan hampir 800 penyandang disabilitas.