OPPO Manufacturing Indonesia, produsen handphone yang beroperasi di Tangerang, Banten, belum sepenuhnya memenuhi ketentuan industri di Indonesia.
Khususnya dalam hal Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN dan pengelolaan limbah industri.
Diketahui, TKDN gencar dikampanyekan Pemerintah untuk menekan ketergantungan impor terhadap bahan baku produk industri.
Sementara pengelolaan limbah industri harus memenuhi tingkat kelaikannya, yaitu sejauh mana industri mampu mengolah limbah dengan baik.
Anggota Komisi VII DPR RI Andi Yuliani Paris, mengatakan produsen gawai OPPO yang beroperasi ini, merupakan industri perakitan. Komponen produknya juga masih banyak diimpor.
Menurutnya, pihak OPPO mengaku sudah memenuhi TKDN sebesar 35 persen. Namun, menurut Andi, itu hanya sebatas bahan baku pengemasan berupa plastik, dus, dan lain-lain.
"Itu bukan komponen inti dari handphone. Yang kita butuhkan adalah motherboard atau yang sifatnya high technology seperti litium untuk baterai. Industri baterai juga harus jelas perkembangannya kalau ingin mendukung perkembangan industri tekekomunikasi di Indonesia," ujar Andi, Sabtu (25/11/2023), di Jakarta.
Ia menilai bahan kaca gawai ini juga masih diimpor dari China. Fakta tersebut jadi masukan bagi Kementerian Perindustrian. Agar dalam pengembangan industri apa pun, tidak menjual bahan bakunya ke luar negeri, lalu dibeli lagi oleh Indonesia dalam bentuk produk jadi.
Terkait pengelolaan limbah, pihak OPPO mengaku belum memiliki proper khusus. Menurut Andi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan harus mengawasi ini.
"Level pengelolaan limbah itu untuk mengetahui pengelolaan limbah dengan baik. Limbah plastik dan kaca dari industri ini harus bisa diolah kembali," ujar Andi. *
#beritviral
#beritaterkini
Email : junitaariani@esensi.tv
Editor: Erna Sari Ulina Girsang