- Pendanaan transisi energi yang berkeadilan, agar transisi menuju energi bersih tidak meninggalkan negara berkembang.
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono kemudian menegaskan kembali bahwa isu pembiayaan internasional yang adil selalu menjadi perhatian utama Indonesia.
Ia menyampaikan bahwa negara berkembang membutuhkan dukungan agar dapat beradaptasi dengan perubahan global tanpa harus menanggung risiko utang yang berlebihan.
Baca Juga: Kecanduan Gadget di Kalangan Gen Z, Bagaimana Mengatasinya Sebelum Terlambat
Menjelang pertemuan puncak, negara-negara anggota telah mencapai konsensus di tingkat Sherpa, Menteri Keuangan, dan Gubernur Bank Sentral.
Kesepakatan ini menjadi landasan bagi kelancaran pembahasan saat forum utama G20 resmi dibuka pada 21 November 2025.
Dengan adanya kesepahaman awal ini, KTT dapat berlangsung lebih efektif dan menghasilkan pembahasan yang lebih terfokus.
Melalui seluruh keterlibatan ini, Indonesia kembali menegaskan komitmennya untuk mendorong pembentukan sistem keuangan global yang lebih inklusif dan stabil.
Indonesia juga menekankan pentingnya kerja sama internasional yang berkelanjutan, mengingat dinamika global yang terus berubah membutuhkan kolaborasi yang lebih erat antarnegara.
Baca Juga: Panduan Lengkap Menentukan Tekanan Angin Ban Mobil yang Ideal untuk Berkendara Lebih Aman
Dengan partisipasi aktif tersebut, Indonesia memperlihatkan bahwa perannya dalam G20 bukan hanya sebagai peserta, tetapi sebagai negara yang ingin memastikan bahwa arah kebijakan global dapat memberikan manfaat nyata bagi negara berkembang dan masyarakat dunia.***(LL)