humaniora

Waspada Minuman Berenergi! Boleh Sesekali, Jangan Jadikan Kebiasaan

Kamis, 8 Mei 2025 | 13:32 WIB
Ilustrasi. Minuman berenergi populer di kalangan para pekerja, tapi berisiko jika dikonsumsi berlebihan. (Foto: Freepik)

ESENSI.TV, KESEHATAN - Minuman berenergi kini semakin mudah ditemukan dan digemari banyak orang, terutama oleh mereka yang menjalani aktivitas padat atau membutuhkan suntikan energi tambahan. 

Rasanya yang bervariasi, kemasan menarik, dan klaim mampu menambah stamina membuat minuman ini jadi pilihan instan untuk tetap bertenaga. 

Namun, di balik popularitasnya, ada sejumlah risiko kesehatan yang patut diwaspadai jika minuman ini dikonsumsi secara rutin.

Baca Juga: Susi Air Buka Lowongan untuk 9 Posisi, Siap Ditempatkan di Seluruh Indonesia

Minuman berenergi umumnya mengandung campuran bahan-bahan stimulan seperti kafein, taurin, vitamin B, gula, serta beberapa ekstrak herbal semisal ginseng dan guarana. 

Tak jarang juga produk-produk ini mengandung soda untuk menambah sensasi menyegarkan. 

Kombinasi bahan-bahan tersebut memang bisa memberikan efek cepat berupa rasa segar, fokus yang meningkat, dan energi yang melonjak. Namun, efek jangka panjangnya tidak bisa dianggap remeh.

Menurut penjelasan ahli gizi, Amber Sommer, beberapa bahan dalam minuman berenergi sebenarnya memiliki potensi manfaat bagi tubuh, seperti mendukung kinerja otak dan jantung, membantu fokus, serta memberikan efek antioksidan dan antiperadangan. 

Baca Juga: Miris! Nenek di Boyolali Babak Belur Usai Ketahuan Mencuri Bawang Putih

Namun, ia menekankan bahwa manfaat tersebut bisa berubah menjadi masalah serius ketika dikombinasikan dengan tambahan kafein dan gula dalam jumlah besar.

Amber mengungkapkan bahwa minuman berenergi masih relatif aman bila dikonsumsi sesekali oleh orang sehat. 

Tetapi jika dikonsumsi setiap hari, maka risiko kesehatan akan meningkat. 

Salah satunya adalah gangguan regulasi gula darah, yang bisa membahayakan terutama bagi penderita diabetes. 

“Kafein dan gula tambahan bisa menyebabkan penurunan sensitivitas insulin serta peningkatan kadar gula darah. Ini tentu bukan pilihan bijak bagi mereka yang memiliki masalah metabolik,” jelasnya.

Halaman:

Tags

Terkini