Peringatan gunung berapi umumnya dibagi menjadi beberapa tahap siaga untuk mengkomunikasikan tingkat ancaman dan tindakan yang diperlukan. Berikut adalah narasi tentang setiap tahap siaga dari sebuah peringatan gunung berapi:
1. Normal (Level 1):
Pada tahap ini, aktivitas gunung berapi berada dalam kondisi normal, dan tidak ada tanda-tanda peningkatan aktivitas. Masyarakat di sekitar gunung berapi bisa menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa perlu khawatir akan bahaya.
Pengawasan rutin tetap dilakukan oleh otoritas vulkanologi untuk memastikan kondisi tetap aman.
2. Waspada (Level 2):
Tahap ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik. Gejala seperti gempa vulkanik kecil, peningkatan suhu di sekitar kawah, dan pelepasan gas bisa terdeteksi.
Masyarakat dihimbau untuk tetap waspada dan memantau informasi dari pihak berwenang. Wisatawan dan pendaki disarankan untuk menjauhi daerah puncak dan kawah.
3. Siaga (Level 3):
Pada tahap siaga, aktivitas gunung berapi menunjukkan tanda-tanda yang lebih signifikan, seperti gempa vulkanik yang lebih sering dan kuat, deformasi tanah, dan peningkatan emisi gas.
Otoritas mungkin mulai mengevakuasi daerah-daerah tertentu di sekitar gunung. Masyarakat harus siap untuk evakuasi sewaktu-waktu dan terus mengikuti arahan dari otoritas setempat.
4. Awas (Level 4):
Tahap awas merupakan tahap tertinggi dalam peringatan gunung berapi. Pada tahap ini, erupsi besar kemungkinan besar akan terjadi atau sudah terjadi. Otoritas akan melakukan evakuasi total untuk penduduk di zona bahaya.
Semua aktivitas di sekitar gunung berapi harus dihentikan, dan masyarakat harus mengikuti instruksi evakuasi dengan segera. Transportasi, komunikasi, dan bantuan darurat akan diatur untuk memastikan keselamatan warga.
Setiap tahap siaga dirancang untuk memberikan peringatan dini dan mengurangi risiko bagi masyarakat yang tinggal di dekat gunung berapi.
Penting bagi semua pihak untuk mematuhi instruksi dan terus memantau perkembangan situasi melalui sumber informasi resmi.