Senin, 22 Desember 2025

Lima Langkah Pengendalian dan Pencegahan Malaria

Photo Author
- Senin, 13 Mei 2024 | 09:02 WIB
Ilustrasi nyamuk penyebab penyakit malaria/Photo by Pragyan Bezbaruah: https://www.pexels.com/photo/close-up-view-of-mosquito-9891863/
Ilustrasi nyamuk penyebab penyakit malaria/Photo by Pragyan Bezbaruah: https://www.pexels.com/photo/close-up-view-of-mosquito-9891863/

Malaria telah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu, dan sampai kini masih jadi masalah kesehatan dunia dan juga negara kita. Penyakit ini dapat mengancam jiwa, dan memang utamanya ditentukan di daerah tropis.

Perlu disadari bahwa malaria sebenarnya dapat dicegah, dan juga dapat disembuhkan. Tetapi, tanpa diagnosis yang tepat waktu dan pengobatan yang efektif maka malaria dapat saja berkembang menjadi penyakit yang berat. Dan kalau sudah parah maka tanpa pengobatan yang baik maka akan dapat saja terjadi kematian.

Secara umum kita ketahui bahwa ada empat kelompok besar penyebab penyakit menular. Pertama adalah karena bakteri, seperti tuberkulosis dan lain-lain. Kedua tentu adalah karena virus. Contoh yang kita kenal adalah COVID-19 selain juga ada HIV/AIDS dan lain-lain.

Ketiga penyakit menular karena jamur. Dan keempat karena parasit, yang contohnya adalah malaria ini. Ada lima jenis parasit yang dapat menyebabkan malaria. Dua diantaranya yaitu Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax adalah yang memberi ancaman kesehatan terbesar.

Penyakit malaria tidaklah menular langsung dari orang ke orang, tetap ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Perlu diketahui bahwa ada sekitar lebih dari 400 jenis dari nyamuk Anopheles. Sekitar 40 diantaranya secara jelas dilaporkan dapat menularkan penyakit ini.

Jutaan Kasus Malaria


WHO menyatakan bahwa di dunia diperkirakan ada 249 juta kasus malaria di tahun 2022. Angka ini meningkat 5 juta dari tahun sebelumnya, dan juga 608.000 kematian akibat malaria di 85 negara di dunia.

Memang sebagian besar kasus dan kematian akibat malaria terjadi di benua Afrika. Tetapi di benua lain, termasuk di Indonesia, masih terus dijumpai kasus dan kematian akibat penyakit ini.

Data World Malaria Report 2023 dari WHO menunjukkan bahwa di kawasan WHO Asia Tenggara walaupun terjadi penurunan secara umum estimasi kasus sebesar 11.9%. Tetapi di beberapa negara justru ada kenaikan. Seperti di  Indonesia, Bangladesh, Myanmar dan Thailand.

Report ini juga menyebutkan bahwa India dan Indonesia menyumbang sekitar 94% kematian akibat malaria di seluruh kawasan WHO Asia Tenggara.

Faktor Pengendalian Malaria


Nah, jadi apa yang perlu kita lakukan untuk pengendalian Malaria di negara kita dan di dunia? Berikut disampaikan lima faktor penting untuk pengendalian malaria.

Sistem Kesehatan


Pertama, bagaimanapun pengendalian malaria akan sejalan dengan kemampuan sistem kesehatan secara umum. Kita tahu bahwa malaria di negara kita utamanya ada di kawasan timur Indonesia, sehingga kalau malaria Indonesia ingin ditangani dengan baik maka harus ada penguatan sistem kesehatan (“health system strengthening”) di kawasan timur Indonesia. Termasuk juga kemitraan dalam bentuk “public private partnership

Investasi yang Tersedia


Kedua, pengendalian malaria kita (dan juga dunia secara umumnya) akan bergantung pada investasi yang tersedia untuk melaksanakannya. Perlu ada perhitungan secara jelas berapa investasi yang dibutuhkan, berapa gap yang masih ada dan bagaimana mengatasinya.

Investasi ini tentu berhubungan dengan ketersediaan SDM terlatih yang tidak cepat berganti. Logistik pencegahan dan pengobatan, sistem pencatatan dan pelaporan, advokasi dan sosialisasi dan lain-lain.

Aspek Biologikal dan Lingkungan


Ketiga, tentu ada aspek biologikal dan lingkungan yang amat perlu mendapat perhatian dalam pengendalian malaria di negara kita. Hal ini antara lain mencakup resistensi obat dan juga insektidisa, pengendalian vektor terpadu, (termasuk kelambu. Larvasida, indoor residual spray dan lain-lain.) serta antisipasi dan mitigasi perubahan cuaca (“climate change”)

Strategi Eliminasi


Keempat, yang juga amat penting tentu bagaimana strategi eliminasi dibuat dan dilaksanakan, sesuai keadaan setempat. Baik aspek sosial, demografi, ekonomi dan geografi yang ada.

Kembali untuk Indonesia kawasan timur ini perlu dapat perhatian khusus. Program yang dapat dilaksanakan antara lain meliputi pengendalian faktor risiko, kegiatan Minum Obat Massal Malaria (Momal), pemetaan reseptifitas dan pembentukan jejaring diagnosis dan tatalaksana

Penetapan Target


Kelima, penetapan target juga harus jelas dan tegas. Sebagai gambaran saja, pada tahun 2000 di dunia hanya ada 6 negara yang punya kasus kurang dari 100. Jumlah negara ini meningkat menjadi 27 pada tahun berikutnya.

Juga, sejak 2015 WHO sudah mensertifikasi 12 negara sebagai bebas malaria. Yaitu Maldives (2015), Sri Lanka (2016), Kyrgyzstan (2016), Paraguay (2018), Uzbekistan (2018), Argentina (2019), Algeria (2019).

Lalu, El Salvador (2021), China (2021), Azerbaijan (2023), Tajikistan (2023) dan Cabo Verde (2024).

Hal-Hal Teknis nan Penting


Sebagai penutup disampaikan bahwa pencegahan malaria yang perlu kita lakukan juga dapat dilakukan dengan lima kegiatan. Pertama tentu menghindari dari gigitan nyamuk. Kedua pengendalian vector. Ketiga pemberian kemoprfilaksis. Keempat pemberian kemoterapi pencegahan. Dan kelima adalah vaksin malaria.

Sementara itu, ada tiga jenis pengobatan pula. Pertama adalah “Artemisinin-based combination therapy”, yang memang paling efektif untuk menangani malaria akibat P. Falciparum.

Kedua adalah obat Chloroquine, yang direkomedasikan untuk mengobati infeksi P. Vivax. Hanya pada daerah dimana parasit yang ada memang masih sensitif pada obat ini. Ketiga adalah Primaquine yang perlu ditambahkan pada pengobatan utama, untuk mencegah kekambuhan pada infeksi akibat P. vivax dan P. Ovale.

Malaria masih jadi masalah kesehatan kita. Pasien yang sakit dan mereka yang meninggal masih juga terjadi hingga hari ini. Tentu kita berharap agar akan ada upaya lebih keras agar malaria dapat dikendalikan lebih baik. Khususnya di waktu-waktu mendatang di negara kita tercinta.

Penulis:

Prof Tjandra Yoga Aditama

  • Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI

  • Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

  • Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes

  • Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat

  • Penerima Rekor MURI 2024 untuk penulis artikel COVID-19 terbanyak di Media Massa


 

Editor: Raja H. Napitupulu

Editor: Raja H. Napitupulu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X