Saat ini, brain drain tengah menjamuri negara Indonesia. Fenomena Brain drain adalah orang-orang yang memiliki bakat dan latar belakang yang mumpuni meninggalkan Indonesia dan beralih ke negara-negara maju.
Diketahui banyak mahasiswa yang rela melepas status kewarganegaraannya dari WNI (Warga Negara Indonesia) menjadi Warga Negara Singapura. Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Silmy Karim.
Ia pun menyebutkan, pada tahun 2021 dan 2022, terdapat 1.000 mahasiswa Indonesia yang menjadi warga negara Singapura.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura, Suryo Pratomo mengatakan warga Indonesia yang berpindah identitas ke Singapura tidak hanya mahasiswa. Tetapi juga orang dewasa.
“Angka seribu itu bukan mahasiswa. Seribu itu adalah warga negara Indonesia yang melepaskan kewarganegaraan menjadi warga negara Singapura. Itu bisa orang dewasa. Orang itu sudah tua, sudah lansia,” ungkap Dubes yang akrab disapa Tommy itu.
Singapura Miliki Teknologi yang Baik
Anak-anak muda Indonesia berpindah ke Singapura umumnya untuk menuntut ilmu. Banyak sekali dari mereka yang belajar bisnis dan teknologi disana. Hal ini seperti dugaan Tommy dimana generasi Z tertarik untuk belajar di Negeri Singa itu karena perkembangan teknologinya sangat baik.
Generasi sekarang memang tertarik sekali mempelajari ilmu teknologi. Singapura dengan industri dan teknologi IT nya yang baik membuat mereka tergugah untuk menuntut ilmu di Singapura. Tidak hanya itu, peluang kerjanya juga sangat tinggi.
“Jadi mereka itu mungkin generasi Z tertarik dengan peluang-peluang di Singapura. Dan mereka mendapatkan tawaran bahkan kemudian gaji yang baik. Sehingga memilih tetap bekerja dan tinggal di Singapura,” ungkapnya.
Informasi mengenai jumlah WNI yang pindah kewarganegaraan ke Singapura juga diungkapkan oleh Silmy. Beliau menjelaskan rata-rata WNI yang pindah ke Singapura memiliki usia produktif yakti 25-35 tahun.
Negara yang Mengalami Fenomena Brain Drain
Selain Indonesia, ada beberapa negara yang mengalami brain drain. Tidak hanya mahasiswa yang ingin menuntut ilmu, penelitian yang dilakukan oleh UNCTAD juga menyebutkan bahwa profesi terkemuka seperti dokter, insinyur, para ahli lainnya yang berasal dari negara miskin memilih pindah ke negara yang lebih maju.
Cina, India, Rusia, Yunani, Haiti, serta Malaysia adalah negara dengan tingkat migrasi yang tinggi dan terdampak brain drain. Adanya persaingan internasional oleh perusahaan tertentu membuat negara maju menarik karyawan dari negara brain drain yang berkualitas dan dipertahankan untuk menjadi warga negaranya.
Saat ini, Haiti adalah negara dengan jumlah brain drain tertinggi. 80% sumber daya manusianya memilih untuk pindah kewarganegaraan dan melanjutkan hidupnya disana. Sedangkan Indonesia saat ini tercapat 5% warga negara yang berpindah kewarganegaraan.
Dampak Brain Drain bagi Indonesia
Fenomena brain drain memang memberikan sumber pendidikan yang menjanjikan untuk generasi muda. Namun, hal ini tidak bisa dibiarkan. Banyak sekali efek negatif yang mungkin terjadi karena fenomena ini.
“Singapore memang sangat care, ya sama orang yang berprestasi. Baik di bidang olahraga, teknisi, akademik, dan lain-lain. Juga sejak 1998 saja mereka luncurkan program contract SG dengan tujuan menjaring manusia berkualitas untuk tinggal di negaranya,” tulis salah satu WNI di media sosialnya.
Hal ini akan menyebabkan Indonesia mengalami kekurangan tenaga kerja yang terdidik dan terlatih. Bakat yang mereka punya hanya akan tersalurkan pada negara tempat mereka bekerja. Hal ini akan mempengaruhi ekonomi negara. Akhirnya, struktur ketenagakerjaan di Indonesia menjadi timpang.
Editor: Nabila Tias Novrianda/Addinda Zen