ESENSI.TV, JAKARTA - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan, bahwa peringatan Hari Dunia Anti Perdagangan Orang sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran bahaya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
“Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat upaya pemberantasan TPPO di Indonesia," ujar dia, di Jakarta, Rabu (31/07/2024).
Ia mengatakan,untuk mencapai Indonesia yang bebas dari TPPO, diperlukan upaya berkelanjutan dan sinergi yang kuat dari semua pihak. Tujuannya, guna memutus mata rantai perdagangan orang, terutama terhadap perempuan dan anak.
Menurut dia, peringatan tersebut menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya TPPO dan pentingnya migrasi yang aman. Dengan edukasi dan sosialisasi yang masif hingga ke tingkat desa, diharapkan masyarakat lebih waspada dan mampu melindungi diri dari ancaman tersebut.
Baca Juga: Korban Dugaan TPPO di Jerman, Kemendikbudristek Didesak Bentuk Satgas Tanggap Darurat
Akibat Perubahan Iklim
Ia menuturkan, peringatan tersebut sangat erat dengan fenomena saat ini yaitu perubahan iklim yang menyebabkan sebagian masyarakat bergerak bermigrasi untuk mencari kesejahteraan. Sementara itu, persoalan migrasi ini yang perlu dilakukan tata kelola sebaik-baiknya, karena celah-celahnya akan sangat rentan menyebabkan terjadinya kasus TPPO.
Karena itu, ia mendorong seluruh pihak baik pemerintah, lembaga, kepolisian, swasta, dan masyarakat untuk memperkuat komitmen bersama dan bersinergi melawan sindikat perdagangan orang dan memutus perdagangan orang di Indonesia.
“Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada 2023, tercatat telah terjadi kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan korban dewasa berjumlah 252 orang. Sedangkan jumlah korban anak sebanyak 206 orang," terang dia.
Menurut dia, TPPO merupakan kejahatan yang serius terhadap kemanusiaan. Berbagai modus operandi terhadap kejahatan ini terus berkembang dari waktu ke waktu dan juga merupakan kejahatan transnasional yang melibatkan jaringan dari lintas negara sehingga sekelompok pelaku kejahatan dapat berasal dari negara-negara yang berbeda.
Baca Juga: Deportasi 103 Warga Taiwan Terduga Pelaku Kejahatan Siber dari Bali
Mayoritas Kasus TPPO di Indonesia
Bintang mengungkapkan, mayoritas kasus TPPO di Indonesia terjadi melalui Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART), program pemagangan, dan kasus baru yang melibatkan judi online atau penipuan online.
TPPO ini sangat berdampak pada perempuan dan anak-anak, yang sering menjadi target utama sindikat perdagangan orang sehingga menuntut kewaspadaan ekstra dari semua pihak.