ESENSI.TV, JAKARTA - Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan menggandeng Densus 88 Anti Teror Polri dalam upaya Strategi Deteksi Dini Pencegahan IRET (Intoleransi, Radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme) di lingkungan madrasah Kota Jakarta Selatan.
Hal itu dikatakan Kepala Kankemenag Kota Jakarta Selatan M. Yunus Hasyim, di Jakarta, Selasa (16/07/2024).
“Pemahaman terkait moderasi beragama harus selalu ditanamkan dalam pemahaman peserta didik,” ujar dia.
Baca Juga: Densus 88 Antiteror Polri Tangkap 10 Orang Terduga Teroris di Solo
Ia mengatakan, penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat sekolah menjadi salah satu tempat yang rentan terhadap penyebaran ekstremisme. Sehingga, guru harus mampu menjadi agen pencerah bagi siswa dan memberikan edukasi tentang bahaya paham radikalisme.
“Mengingat bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dan heterogen, banyak sekali keragaman yang ada di Indonesia, keragaman bahasa, keragaman suku-budaya, dan keragaman agama dan kepercayaan,” katanya.
Baca Juga: Sepanjang 2023, Densus 88 AT Polri Tangkap 142 Tersangka Terorisme
Latar Belakang Heterogenitas
Menurut dia, latar belakang heterogenitas bangsa Indonesia penting berpegang pada sebuah prinsip atau konsep yang mampu mengurai ketegangan antar umat beragama. Konsep Moderasi Beragama atau ‘Jalan Tengah’ tanpa memarjinalkan peran agama juga peran negara sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, mengingat negara dipersatukan atas dasar Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
“Moderasi Beragama menolak ekstremisme dan liberalism dalam beragama adalah kunci keseimbangan agar terpeliharanya peradaban dan terciptanya perdamaian,” jelas Yunus.
Baca Juga: Tahun Ini Lebih 2,3 Juta Siswa Ikuti Asesmen Madrasah
Tak hanya itu, menurutnya pemahaman moderasi beragama juga bisa mempererat kerukunan umat beragama khususnya di madrasah. Diharapkan, peserta didik ke depannya dapat menjadi generasi moderat, toleran, memahami dan mengamalkan ajaran agama secara seimbang.