Kasus Sukolilo di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yang terjadi pada pertengahan tahun 2024, menimbulkan dampak negatif yang signifikan bagi banyak orang dan citra daerah tersebut. Kejadian ini bermula dari pengeroyokan dan pembakaran mobil yang dilakukan oleh sekelompok warga terhadap seorang pemilik rental mobil asal Jakarta. Insiden ini mengakibatkan kematian korban dan menciptakan keresahan di masyarakat.

Penangkapan terhadap sepuluh tersangka oleh tim gabungan Polda Jateng dan Polda Pati menunjukkan bahwa para pelaku berusaha melarikan diri dan bersembunyi di hutan dan kebun untuk menghindari penegakan hukum. Namun, polisi berhasil menangkap mereka dan menetapkan mereka sebagai tersangka berdasarkan bukti yang kuat.

Dampak negatif dari kasus ini tidak hanya dirasakan oleh korban dan keluarganya, tetapi juga oleh masyarakat Sukolilo secara keseluruhan. Citra daerah tersebut menjadi buruk di mata publik. Beberapa pengguna internet bahkan mengubah nama-nama tempat di sekitar Sukolilo di Google Maps. Netizen mengubah nama-nama yang mencerminkan kejadian tragis tersebut, seperti "Kampung Maling Mobil" dan "Desa Maling". Hal ini semakin memperburuk citra wilayah Sukolilo.

Selain itu, kasus ini memicu kemarahan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Hal ini mendorong berbagai komunitas dan organisasi di Pati untuk menggelar aksi damai. Gerakan bertajuk "Pati Cinta Damai – Pati Bermartabat" ini bertujuan untuk mengembalikan citra baik daerah tersebut. Mereka juga menghentikan tindakan main hakim sendiri. Aksi ini melibatkan berbagai komunitas lokal seperti Karang Taruna, Banser, dan beberapa organisasi pemuda lainnya, serta digelar di Alun-alun Simpang Lima Pati​.

Secara keseluruhan, kasus Sukolilo telah memberikan dampak yang luas, mulai dari aspek hukum hingga sosial, mempengaruhi tidak hanya korban dan keluarganya, tetapi juga masyarakat Pati secara umum. Upaya untuk memperbaiki citra daerah dan mendorong kedamaian menjadi langkah penting dalam mengatasi dampak negatif dari kasus ini.